Minggu, 28 April 2013

Fakta Menarik Pancasila


Seperti yang kita ketahui bersama bahwa dasar Negara tercinta kita, Indonesia adalah pancasila.  Dimana terdapat 5 butir sila yang merupakan ideologi, dasar atau pedoman bagi Negara kita untuk mencapai segala tujuannya. Dibalik isu yang banyak sekali diangkat saat ini mengenai pancasila yang sudah mulai pudar dan mulai banyak pelanggaran hukum yang berhubungan dengan pancasila atau mengenai generasi sekarang yang banyak disebut sudah tidak peduli lagi dengan keberadaan ideologi bangsa kita ini, Ternyata hal ini berkenaan dengan rasa nasionalisme pemuda yang ikut surut. Kesadaran membela negara yang sudah tipis, banyak dibuktikan dengan lebih banyaknya masyarakat yang menyukai budaya dari luar negeri sementara lupa untuk tetap melestarikan budaya negeri kita sendiri.

 Lewat tulisan ini saya ingin mencoba untuk mengulas sedikit hal-hal menarik yang saya tahu mengenai sejarah adanya pancasila.Semoga dengan menuliskan hal-hal menarik mengenai pancasila ini dapat menggugah hati para pemuda untuk mengetahui lebih tentang Pancasila ini dan dapat meningkatkan kesadaran bernegara kembali untuk para generasi muda. Berikut ulasannya :

1.     Jumlah 5 Batang Pohon Sukun ini yang Menjadi 5 Sila dalam Pancasila

Tidak banyak yang tahu bahwa ternyata jumlah batang pohon sukun ini yang berjumlah 5 batang telah mengilhami Bung Karno mencetuskan 5 Sila dalam Pancasila.

“Di Pulau Flores yang sepi, di mana aku tidak memiliki kawan, aku telah menghabiskan waktu berjam-jam lamanya di bawah sebatang pohon di halaman rumahku, merenungkan ilham yang diturunkan oleh Tuhan, yang kemudian dikenal sebagai Pancasila,” cetus Bung Karno.


Lima mutiara itu adalah berharga itu adalah: Kebangsaan, Internasionalisme atau Perikemanusiaan, Demokrasi, Keadilan Sosial dan Ketuhanan Yang Maha Esa. Rumusan inilah yang kemudian menjadi Pancasila sekarang ini.


“Jika kuperas yang lima ini menjadi satu, maka dapatlah aku satu perkataan Indonesia tulen, yaitu perkataan gotong-royong,” kata Bung Karno.

2.      Burung Garuda Banyak Terdapat di Dalam Lukisan di Candi Dieng.
       
     Lambang pancasila adalah burung garuda berdekatan dengan burung elang Rajawali. Burung ini terdapat dalam lukisan di candi-candi Dieng yang dilukiskan sebagai manusia berparuh dan bersayap, lalu di candi Prambanan, dan Panataran berbentuk menyerupai raksasa, berparuh, bercakar dan berambut panjang.Burung Garuda ditetapkan sebagai lambang Negara RI sejak diresmikan penggunaannya pada 11 Februari 1950, dan dituangkan dalam Peraturan Pemerintah no 66 tahun 1951. Penggagasnya adalah Sultan Abdurrahman Hamid Alkadrie II atau dikenal dengan Sultan Hamid II, yang saat itu sebagai Mentri Negara Republik Indonesia Serikat (RIS).


3.     Mengalami 3 Kali Perubahan Lambang

Tanggal 10 Januari 1950 dibentuk Panitia Teknis dengan nama Panitia Lencana Negara di bawah koordinator Menteri Negara Zonder Porto Folio Sultan Hamid II dengan susunan panitia teknis Muhammad Yamin sebagai ketua, Ki Hajar Dewantoro, M. A. Pellaupessy, Mohammad Natsir, dan RM Ngabehi Purbatjaraka sebagai anggota. Panitia ini bertugas menyeleksi usulan rancangan lambang negara untuk dipilih dan diajukan kepada pemerintah. 

Lambang Pertama





Pada tanggal 8 Februari 1950, rancangan final lambang negara yang dibuat Menteri Negara RIS, Sultan Hamid II diajukan kepada Presiden Soekarno. Rancangan final lambang negara tersebut mendapat masukan dari Partai Masyumi untuk dipertimbangkan, karena adanya keberatan terhadap gambar burung garuda dengan tangan dan bahu manusia yang memegang perisai dan dianggap bersifat mitologis.


Perubahan Kedua:




Penyempurnaan kembali lambang negara itu terus diupayakan. Kepala burung Rajawali Garuda Pancasila yang “gundul” menjadi “berjambul” dilakukan. Bentuk cakar kaki yang mencengkram pita dari semula menghadap ke belakang menjadi menghadap ke depan juga diperbaiki, atas masukan Presiden Soekarno.

Tanggal 20 Maret 1950, bentuk akhir gambar lambang negara yang telah diperbaiki mendapat disposisi Presiden Soekarno, yang kemudian memerintahkan pelukis istana, Dullah, untuk melukis kembali rancangan tersebut sesuai bentuk akhir rancangan Menteri Negara RIS Sultan Hamid II yang dipergunakan secara resmi sampai saat ini.

Perubahan Ketiga:



Untuk terakhir kalinya, Sultan Hamid II menyelesaikan penyempurnaan bentuk final gambar lambang negara, yaitu dengan menambah skala ukuran dan tata warna gambar lambang negara di mana lukisan otentiknya diserahkan kepada H. Masagung, Yayasan Idayu Jakarta pada 18 Juli 1974. Sedangkan Lambang Negara yang ada disposisi Presiden Soekarno dan foto gambar lambang negara yang diserahkan ke Presiden Soekarno pada awal Februari 1950 masih tetap disimpan oleh Kraton Kadriyah, Pontianak. Dan inilah lambang yang sampai saat ini digunakan.



Sumber : 


www.gunadarma.ac.id