Tugas
softskill pada mata kuliah kali ini cukup menarik dan berbeda dengan biasanya.
Kenapa? Karena kami sebagi mahasiswa diwajibkan membuat cerita perjalannan
hidup kami dimulai dari kami lahir hingga saat ini. Istilahnya membuat
autobiografi. Antara senang, malu, bangga, sedih semua bercampur aduk saat
ingin memulai menulis tentang diri sendiri karena engan menuis ini berarti
mengingat kembali segala penglaman-penglaman baik penglaman menyenangkan maupun
yang kurang mneyenangkan dan pastinya memberikan makna dan hikmah dari setiap
peristiwa. Sudah ah prolog nya, langsung dilanjutkan saja dengan cerita tentang
diri saya sendiri. Silakan disimak. J
Saya
lahir dari keluarga sederhana di Jakarta pada tanggal 29 September 1993
tepatnya di Rumah Sakit Hermina, Jakarta Timur dari pasangan Ibu Rieka Dana
Ekawati dan Muhammad Salahuddin. Saya dilahirkan kembar dan saudara kembar saya
berkelamin laki-laki bernama Reza Muhammad Septiano. Kami berselisih 3 menit
dengan saudara kembar saya yang lahir lebih dulu.Kami memang kembar yang unik
karena biasanya kembar mempunyai kelamin yang sama, tetapi kami tidak, itu
disebabkan karena kami bukan kembar identik (berada di satu telur yang sama),
namun kami kemba yang berada di dalam sel telur berbeda di dalam kandungan.
Sampai sekarang merasa sangat bersyukur dengan karunia yang diberika Allah ini,
saya merasa unik dan merasa istimewa, walaupun pasti orang tua saya merasa
repot dengan kehadiran langsung bayi kembar ini :”) Saat kecil saya dan saudara
kembar saya mempunyai nama panggilan Ajeng dan Dimas. Karena dalam bahasa Jawa,
Ajeng dan Dimas berarti adik. Nama panggilan ini terus berlanjut sampai saya
Taman Kanak-Kanak(TK) di TK Al-Ikhsan di dekta perumahan tempat satya tinggal.
Makanya teman TK saya pasti tidak ada yang mengenal nama Risa ataupun Reza. :’)
Masa kanak-kanak saya lewati dengan bahagia walaupun banyak diasuh oleh nenek
saya yang sangat disiplin dan keras dalam mendidik karena papa dan mama sibuk
bekerja, namun kami pasti merencanakan untuk jalan bersama pada setiap akhir
pekan. Kondisi keluarga saya saat itu terasa berkecukupan, kebutuhan pokok saya
maupun kebutuhan di luar kebutuhan pokok dapat terpenuhi dengan baik. Ada hal –
hal yang menyenangkan saat saya memasuki masa di Tman Kanak-Kanak(TK), disitu
saya merasakan perasaan suka kepada lawan jenis. Mungkin terasa sangat dini,
tapi itulah yang saya rasakan. Bersama teman saya bernama Amanda yang selalu
ingin duduk bersebelahan dengan saya dan sama –sama menyukai anak laki-laki
yang bernama Ryan yang akrab dipanggil Yaya’. Yaya’ anak nakal yang sering
ditegur oleh ibu guru, tetapi saya dan Amanda sering kali membuntutinya
kemanapun dia pergi. Lucu sekali kalau dipikir soal itu, kami mengikuti nya
dari belakang sampai dia terkadang merasa terganggu dengan kehadiran kami.
Perasaan suka itu pun ikut berakhir dengan berakhirnya pula masa Taman
Kanak-Kanak (TK). Di masa TK saya aktif menari. Saya sangat suka menari.
Akhirnya saya pun mengikuti latihan tari yang disediakan oleh pihak TK. Disana
diajarkan tarian daerah dan juga modern. Saya dan tim tari dari TK saya pun
sempat menerima panggilan utnuk mengisi acara di Ancol menarikan tarian daerah
dari Padang, Sumatera Barat. Dan pada saat perpisahan TK saya dan teman-teman
juga mengisi acara dengan menarikan tarian modern. Yang menarik adalah kostum
yang dipakai saya dan teman-teman merupakan hasil rancangan dan jahitan nenek
saya sendiri. Nenek saya sendiri yang menawarkan diri untuk membuatkan kostum
tari untuk saya dan teman-teman. Lucu sekali modelnya, bermodel dress pendek
sedengkul dengan layer berlapis berbagai warna. Karena saya suka sekali warna
pink maka warna kostum saya saat itu berwarna pink. Teman-teman saya ada yang
mendapat warna biru, marah, hijau, ungu. Lucu sekali J
Masa
Sekolah Dasar(SD) lalu saya melanjukan ke SD. Kartika X-7 Kodam. Disana yang
terkenang oleh saya adalah bagaimana keras dan disiplinnya didikan disana dan
tugas yang menumpuk walaupun masih menginjak kelas 1 SD. Setiap hari selalu ada
saja tugas yang diberikan oleh guru. Dibalik itu yang juga menarik dalah jumlah
anak-anak yang berada di 1 kelas sangat banyak. Bahkan 1 bangku panjang yang
biasanya hanya ditempati oleh 2 orang bisa ditempati sampai 3 orang siswa. Saya
ingat betul saya mempunyai teman sebangku dengan orang Bali bernama Made, kami
sering bermain main dengan penghapusan dan pensil seakan akan mereka manusia.
Saya duduk terpisah dengan saudara kembar saya, Reza. Tetapi saat kelas 2 SD saya
pindah rumah sehingga mengharuskan saya untuk turut berpindah sekolah. Lalu
mulailah saya melanjutkan di SD Muhammadiyah 3 Jakarta. Agak kaget dengan
suasana sekolah ini. Karena menurut sya sekolah inio termasuk santai dalam
mendidik anak muridnya dan tidak terlalu banyak tugas seperti sekolah saya dulu. Dan disini saya diwajibkan
untuk mengenakan jilbab karena dasarnya sekolah ini menganut ajaran Islam. Dari
kelas 2 saya dan kembaran yang notabene menjadi anak baru saat di sekolah
tersebut pastinya mempunyai perasaan tidak enak dan tidak percaya diri. Saya
pun akhirnya menjadi pendiam. Tetapi saat menginjak kelas 3 saat saya sudah
mulai bisa beradptasi dengan lingkungan dan merasa nyaman akhirnya saya mulai
bisa menunjukkan prestasi dan mempunyai banyak teman. Apalagi disini terasa
menyenangkan karena rumah teman-teman sekolah saya banyak yang dekat dengan
rumah saya yang baru, tidak seperti dulu yang kebnaykan teman-teman sangat jauh
tinggalnya. Saya dengan temanteman yang searah jalan pulang biaanya pulang
bersama-sama dengan berjalan kaki. Mulai menginjak kelas 4 saya dipercaya
menjadi ketua kelas. Dan entah kenapa saya tumbuh menjadi anak yang tomboy.
Terbilang sangat tomboy mungkin,bahkan saya sering kali ditegur dengan beberapa
alasan. Yang pertama adalah saya suka sekali memakai jam dan gelang berwarna
hitam dan menggulung lengan panjang seragam sekolah sampai ke siku yang sangat
tidak diperbolehkan khusunya bagi siswi sekolah. Yang kedua adalah saya sering
berkelahi dengan siswa laki-laki. Sampai sekarang pun saya tidak paham mengapa
saat itu saya begitu emosional dan mempunyai perasaan untuk terlihat berkuasa
di sekolah, bahkan anak laki-laki yang mempunyai badan palin besarpun pernah
menjadi lawan berkelahi saya. Sikap dan sifat saya yang sangat bertolak
belakang dengan saudara kembar saya yang mempunyai sifat tenang, cenderung
pemalu dan pendiam. Bahkan tidak jarang kembaran saya menjadi sasaran kejahilan
anak-anak sekelas dan saya lah menjadi pahlawannya. Membela abang saya dengan
beraninya. Kalau mengingat hal itu saya pun tidak tahu mengapa saya begitu
ingin diri saya terlihat berkuasa. Menginjak kelas 5 SD saya mulai mengurangi
intensitas saya berkelahi, tetapi saya disibukkan oleh latihan angklung.
Angklung adalah alat music yang terbuat dari bamboo berasal dari Jawa Barat
yang harus dimainkan bersama-sama agar menjadi kumpulan melodi yangh indah
untuk didengar. Saya amat menyukai kegiatan ini. Sekolah saya pun sering
mengikuti ajang perlombaan maupun diminta untuk mengisi acara pentas seni di
sekolah-sekolah. Saya ingat sekali guru angklung saya bernama Pak Dede, beliau
merupakan guru mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Beliau sering
terlihat galak saat mengajar tetapi sangat menyenangkan saat mengajarkan
angklung. Kami banyak memainkan lagu-lagu daerah dan juga lagu nasional. Yang
paling menyenangkan adalah saat kami diundang untuk mengisi acara untuk
pembukaan pusat perbelanjaan baru di daerah Senayan yaitu Senaya Trade Center
(STC). Saat itu kami sudah latihan untuk mempersiapkan penampilan terbaik kami.
Tetapi saat H-3 kami dikabari oleh Pak Dede bahwa kami terancam tidak bisa
menghadiri acara pembukaan itu karena masalah kendaraan dan keadaan keuangan
sekolah kami yang tidak memungkinkan menyewa kendaraan besar utnuk mengangkut
tim angklung kami. Saya kecewa dan saat saya berada di rumah saya pun
menceritakan hal ini pada orang tua saya.Setelah saya menceritakan hal tersebut
ternyata orang tua saya sepakat untuk menyewakan sebuah bus untuk tim angklung
kami agar dapat tampil di acara tersebut. Saya rasa itu merupakan salah satu
kesenangan terbesar saya dimana saya dapat menolong teman-teman agar dapat
tampil di acara tersebut melalui rejeki orang tua saya. Selain angklung, masa
kelas 5 SD saya disibukkan oleh kegiatan menulis untuk Majalah Dinding (Mading)
sekolah. Saya suka sekali menulis baik cerita maupun puisi untuk di muat di
majalh dinding tersebut. Pernah saya menulis sebuah cerita tentang anak kembar
yang terpisah dan bertemu kembali dan ternyata tulisan sederhana tersebut
mendapat banyak pujian dari teman-teman dan guru karena menurut mereka tulisan
saya dapat membuat mereka terharu. Menyenagkan sekali mendapatkan apresiasi
terhadap apa yang di kerjakan J Saya juga mulai aktif menuliskan diari, banyak hal
diceritakan disitu, soal teman, kekesalan di sekolah bahkan tentang seorang
laki-laki yang saat itu saya suka. Lengkap ada di diari saya yang sangat setia
itu. Kegiatan menari masih suka saya lakukan. Dulu saat masih baru menginjakkan
kaki di SD ini saya sering menari sendiri saja di rumah karena saya belum
menemukan teman yang mempunyai kesukaan sama yaitu menari seperti saya. Di
kelas 5 SD ini pula lah saya menemukan
teman-teman yang juga ternyata menyukai menari. Saya ingat sekali mereka adalah
Vicka ,Septa dan Suci. Kami ber – 4 sering latihan menari apalagi didukung oleh
kakak Vicka yang seorang penari. Tempat kami latihan bergilir, terkadang di
rumah saya, di rumah Vicka, begitu seterusnya. Kami menari karena kami suka ,
tidak terpikir untuk mengikuti ajang lomba tari atau semacamnya. Menari dan
angklung menjadi kehidupan saya sampai kelas 6 SD. Kelas 6 SD mulai disibukkan
dengan persiapan memasuki Sekolah Menengah Pertama(SMP). Bertepatan dengan hari
ulang tahun saya dan kembaran saya orang tua saya tiba-tiba memounyai ide untuk
merayakannya di rumah saya dengan mengundang teman-teman sekaligus sebagai
acara perpisahan. Menyenangkan sekali karena di acar tersebut saya dan
teman-teman juga menampilkan tarian. Bercampur aduk rasanya mengingat
perpisahan dengan teman-teman yang sudah bersama selama 5 tahun. Apalagi
pilihan SMP yang mereka pilih juga banyak yang berbeda dengan pilihan saya
yaitu SMP Negeri 7 Jakarta. Selain karena dekat dengan dengan rumah saya
walaupun tidak sedekat dekat SD saya tetapi juga karena SMP itu mempunyai
rata-rata nilai yang lumayan tinggi dan berkualitas.
Alhamdulillah
saya diterima di SMP Negeri 7 Jakarta, saya memang ingin bersekolah di sana. Di
masa SMP ini tiba-tiba saya tertarik untuk menjadi pemain musik. Iya, bisa
memainkan salah satu alat musik dan mempunyai sebuah band. Saya terinspirasi dengan music saat saya
berlibur dengan keluarga saya di Hard Rock , Bali. Disana terdapat suguhan band
yang menurut saya sangat bagus dan saya menikmatinya. Timbul keinginan bahwa
saya ingin mempunyai sebuah band dan mempelajari salah satu alat music. Tetapi
saat itu saya belum tahu ingin mempelajari alat music apa. Bertepatan dengan itu, muncullah group band
J-Rocks yang mempopulerkan genre music Pop Jepang sedang berkolaboasi dengan
gitaris dan juga penyanyi muda berbakat, Prisa. Entah kenapa saya sangat ingin
menjadi dia, wanita cantik, bersuara indah dan sangat ahli memainkan alat music
gitar khususnya di genre music rock yang sangat jarang dikuasai oleh kaum
perempuan. Saya sangat terinspirasi dengan Prisa, akhirnya saya memutuskan
utnuk mempelajari alat music gitar. Dengan berbekal uang tabungan yang saya
kumpulkan dari uang jajan harian yang saya terima dari orang tua saya akhirnya
saya membeli sebuah gitar. Gitar pertama berwarna coklat tersebut mempunyai
tipe senar nylon. Awalnya saya diajari oleh papa yang pada zaman muda dulu
merupakan gitaris yang mempunyai sebuah band. Masa awal SMP saya banyak sekali
dihabiskan dengan mempelajari chord-chord gitar agar tidak terdengar fals. Jari-jari
saya mulai terasa sakit karena belum terbiasa memencet senar gitar. Tapi saya
tidak menyerah, saya terus saja mempelajari chornya dan mulai memainkan dengan
sebuah lagu. Kembaran saya pun juga ikut mempelajai gitar. Saya dan kembaran
sering kali mencari chord-chord lagu melalui internet dan mempelajarinya.
Sangat asyik sampai saya dan kembaran saya sering lupa waktu jika sudah
berhubungan dengan gitar. Selain menyukai gitar saya juga mengikuti ekskul
taekwondo di SMP 7 Jakarta. Klub taekwondo saat saya SMP bernama PALAPA, di
kulb itu saya ikuti dengan sungguh-sungguh dan sangat menyenangkan karena
mendapat teman-teman baru yang berasal dari luar kelas saya sendiri. Yang
sangat berkesan saat latihan taekwondo adalah dimana klub taekwondo kami saat
latihan sering kali berebut daerah lapangan dengan kulb karate di SMP saya. Tak
jarang kami sering ribut kecil untuk masalah ini, akhirnya diputuskan untuk
jadwal latihan karate dan taekwondo dipisah. Kehidupan saya waktu itu adalah
sekolah, pulang sekolah langsung asyik sendiri dengan gitar saya dan
dilanjutkan dengan taekwondo. Oh iya, saya dan kembaran saya berbeda sekolah
saat SMP, dia sekolah di SMP Muhammadiyah 5. Itu merupakan kesepatan kami agar
sekolah terpisah agar kami dapat mandiri dan mempunyai lebih banyak teman.Saat
itu saya sangat menikmati latihan taekwondo, maka pada saat ada seleksi atlet
untuk bertanding di kejuaraan, saya pun berusaaha melakukan yang terbaik utnuk
dapat mengikuti kejuaraan itu. Alhamdulillah sayapun berhasil menjadi salah
satu atlet yang tergabung dalam team kejuaraan di kelas Heavy. Kejuaraan
pertama saya adalah tingkat klub se-Jakarta Timur. Disitu saya berhasil meraih
medali perunggu(Juara 3) untuk kelas Heavy. Untuk pertama kali sangat
mendebarkan karena saya yang berkacamata diharuskan melepas kacamata saya saat
bertanding dan dianjurkan menggunakan softlens saat bertanding. Saya pun tak
puas sampai situ, saya dan tim atlet terus berlatih lebih keras dibandingkan
dengan teman-teman yang tidak masuk di tim atlet. Kejuaraan selanjutnya adalah
kejuaraan antar klub se – JABODETABEK yang dilakukan di Senayan. Di
pertandingan itulah saya merasakan kekecewaan yang luar biasa, bukan karena
saya kalah, tetapi karena tas saya hilang di tempat penitipan tas para atlet.
Bahkan untuk mencari tas saya seluruh peserta pertandingan sudah diminta untuk
sementara mengosongkan are pertandingan tetapi tetap tidak ditemukan. Saya
sangat sedih karena di dalam tas itu tersimpan segala macam kebutuhan saya
seperti handphone, dompet, uang, keperluan sholat. Yang tertinggal saat itu
hanya apa yang saya kenakan saja di badan yaitu kostum taekwondo atau yang
biasa disebut Dobok. Kejadian itu
membuat saya down dan tidak semangat
mengikuti pertandingan. Tapi teman-teman saya menyemangati saya untuk tetap
semangat menjalankan pertandingan, tidak usah memikirkan kemenangan. Akhirnya
pertandingan itupun saya berhasl meraih medali perak (Juara 2) dan pulang
diantar pelatih saya sampai tumah. Saat itu saya erasa trauma dengan segala
macam yang berhubungan dengan taekwondo saat itu, akhirnya saya memutusakan
untuk keluar dari klub taekwondo itu. Sebenarnya sangat berat mengingat saya
mengejar gelar juara di pertandingan selanjutnya. Tapi saya tidak mau kejadian
seperti itu terulang lagi dan saya pun resmi keluar dari klub. Kegiatan saya
setelah itu adalahbergabung di sebuah grup band yang di bentuk oleh kembaran
saya dan teman-teman sekolahnya. Awalnya saya mengisi vokal dan gitar. Kami
memainkan genre music pop dan lebih banyak memawakan lagu-lagu yang hits pada
saat itu. Kami latihan di studio band hampir 3 kali seminggu. Saya sangat
menikmati kegiatan itu karena dengan bermusik entah kenapa saya merasa sangat
bebas dan dapat mengekspresikan diri saya sebebas-bebasnya. Setelah di posisi
vokal ada yang mengisi, saya pun fokus di posisi gitar. Beberapa lama berjalan
dan latihan saya merasa tertarik dengan alat musik bass. Akhirnya saya
memutuskan untuk memgang posisi bass karena bass dan gitar tidakterlalu jauh
perbedaan dalam mempelajarinya. Akhirnya saya menemukan posisi itulah yang
membuat saya nyaman seutuhnya. Karena melihat ketertarikan saya yang sekarang
memgang posisi di alat music bass, papa saya akhirnya membelikan saya bass
listrik dan gitar listrik untuk kembaran saya agar saya dan kembaran bisa
latihan lebih intens lagi di rumah selain di studio. Saya dan teman-teman
banyak ditawari mengisi acara tahunan sekolah Muhammdiyah sendiri dan kami juga
memberanikan diri untuk mengikuti event-event musik yang diadakan oleh sekolah
music, Chic’s Music.
marshmellow on stage |
Kami
juga ditawari mencoba mereka lagu yang kami buat sendiri di studio rekaman yang
baru buka milik teman saya dengan harga promosi. Kami tidak menyia-nyiakan
kesempatan itu, pengalaman sangat menyenangkan berada di studio rekaman dan
merasakan secara langsung bagaimana susahnya mendapatkan take yang pas. Saat saya mengambil
take bass pun harus di ulang
berkali-kali utnuk mendapatkan hasil yang pas. Setelah melalui proses mixing, setelah beberapa hari akhirnya
album master band kami sudah jadi dan kami merasa senang sehingga kami semua
mempunyai mimpi utnuk suatu saat dapat membuat album yang sesungguhnya dan
menjual secara komersial. Pasti menyenangkan. J
Selain kegiatan band, saya pun banyak mengikuti pelatihan –pelatihan
persiapan khusus untuk olimpiade yang
disediakan oleh SMP saya siswa-siswa berprestasi yang tertarik mengikuti
olimpiade di bidang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Dulu saya memang menyukai
bidang sains terutama di bidang biologi dan fisika. Karena menurut saya kedua
bidang tersebut membuat saya tertantang untuk terus memecahkan persoalan sulit
dari soal tersebut. Saya pun akhirnya banyak mengikuti olimpiade bidang sains
yang salah satunya mungkin paling membanggakan adalah saya behasil menjadi menjadi Peringkat I Tingkat Kecamatan Matraman pada Kompetisi
Ilmu Pengetahuan Alam(IPA) yang diselenggarakan oleh Musyawarah Guru Mata
Pelajaran(MGMP) dari tanggal 25 Februari s/d 11 Maret 2007 dan menjadi Peserta
Bintang Pintar Ultra mewakili SMP saya. Begitulah kehidupan saya, saya merasa
seimbang sekali waktu itu, karena di saat saya sekolah dan pelatihan olimpiade,
setiap 3 kali seminggu saya juga latihan band dengan teman-teman band saya.Selain
band dan taekwondo, sayapun sempat menjadi anggota OSIS (Organisasi Siswa Intra
Sekolah) sebagai anggota seni-budaya. Dan secara mengejutkan saya ditunjuk oleh
pihak sekolah untuk menjadi ketua pelaksana dari acara perpisahan untuk kelas 3
yang kebetulan pada saat itu panitianya harus anak OSIS yang menduduki kelas 2.
Jadilah saya menjadi ketua pelaksana untuk acara itu, mulai dari menentukan
konsep acara sampai jobdesk masing-masing panitia. Pihak sekolah juga sangat
banyak membantu kelancaran acara yang dilaksanakan di halaman SMP saya ini.
Pada hari-H yang menyenangkan walaupun terkendala oleh hujan yang tiba-tiba
turun tetapi acara kampus dapat berjalan dengan baik dan majalah remaja Kawanku bersedia meliput acara
perpisahan. Sungguh pengalaman yang sangat menyenangkan dan berharga.
Saat kelas 3
mungkin kesibukan bertambah karena harus mempersiapkan uian akhir dan tes masuk
Sekolah Menengah Atas (SMA). Saya memilih SMA Negeri 31 Jakarta tidak lain juga
karena lokasi SMA yang dekat dengan rumah saya dan memang SMP saya bekerja sama
dengan SMA tersebut, jadi saya rasa memang kualitas SMA tersebut lumayan bagus.
Saya pun mempersiapkan untuk mengikuti ujian praktek dan teori di SMP demi
mencapai nilai standar untuk SMA yang saya tuju yaitu SMA Negeri 31 Jakarta. Yang
berkesan sewaktu ujian praktik adalah saya mengalami musibah kecelakaan motor
yang menyebabkan dagu saya harus dijahit 4 jahitan dan tidak dapat berbicara
banyak sementar ujian praktik banyak mengharuskan saya untuk setidaknya
presentasi pelajaran yang diujikan. Sedih sekali rasanya saya pada mata
pelajaran biologi yang sangat saya suka saya harus mengikuti ujian pengganti
presentasi yang pasti sangat mempengaruhi nilai saya. Alhamdulillah saya
berhasil mendapatkan nilai yang sesuai standar SMA yang saya tuju. Saya pun
masuk SMA itu dengan perasaan yang gembira karena banyak teman-teman dari SMP
saya yang juga msuk SMA itu, jadi saya tidak merasa sendirian.
Masa awal
Sekolah Menengah Atas (SMA) saya masih disibukkan dengan latihan band dan tetap
mengikuti kegiatan pelatihan persiapan untuk olimpiade sains karena saya ingin
masuk jurusan IPA saat penjurusan kelas 2 nanti dan menjadi dokter. Saya ingin
menjadi dokter karena saya mendapat dorongan dari papa saya yang bekerja di
klinik kesehatan di daerah Subang.Selain beliau bekerja di klinik kesehatan,
beliau juga mendirikan perusahaan sendiri yangbergerak di bidang jasa yang
mempunyai kantor di Pramuka Raya, Jakarta. Saya merasa tertarik untuk dapat
menolong orang lain. Kelas 1 saya pun berusaha untuk terus memperbaiki nilai
saya terutama di bidang sains dan saya pun berhasil meraih rangking 1 di kelas.
Tetapi setelah berhasil menjadi rangking 1 yang sudah memastikan saya akan
berada di jurusan IPA, hari saya tiba-tiba berubah dan tidak menginginkan
berkarya di bidang kedokteran kelak. Saya tertarik dengan bidang manajemen
karena saya juga ingin menjadi seperti ayah saya yang mendirikan perusahaan
sendiri. Secara mengejutkan saya meminta bantuan kepada orang tua saya untuk
berbicara kepada pihak sekolah saya terutama wali kelas saya yang sangat
mendukung cita-cita saya menjadi dokter. Papa saya akhirnya menemui wali kelas
saya namun tetap tidak diijinkan oleh wali kelas saya. Menjalani kelas 2 di
jurusan IPA terasa sangat tidak menyenangkan untuk saya. Saya merasa tidak
ingin berada di jurusan ini san mempelajari ini semua. Saya merasa seprti robot
yang mengerjakan tugas yang sangat banyak itu tidak menggunakan hati. Walauoun
saya tetap bisa melewatkan semua mata pelajaran dengan nilai yang bisa dibilang
memuaskan, tetapi hati saya sangat tidak senang. Saya hanya berpikir untuk
dapat lulus saja dan kelak kuliah di jurusan manajemen sesuai dengan keinginan
saya. Dan saya mendaftar sebagai anggota OSIS dan diterima sebagai sekretaris
bidang pendidikan.
Memasuki kelas 2
semester akhir, di saat itulah saya memasuki titik balik kehidupan saya. Dari
kehidupan saya yang selama ini menyenangkan, tercukupi, harmonis menjadi
berkebalikan 180 derajat. Papa saya ditangkap pihak kepolisian dengan tuduhan penipuan
dan penggelapan uang dan dimasukkan ke tahanan. Kejadian itu sangat cepat.
Setelah papa berada di tahanan saya tidak pernah diijinkan untuk menengok. Mama
yang sering menengok Papa. Saya pikir semua hanya tuduhan belaka dan tidak
beralasan, namun betapa kecewanya saya saat mendengar sendiri dari mitra-mitra
kerja papa yang salah satunya adalah orang tua dari teman sekolah saya sendiri
member kesaksian bahwa papa saya memang melakukan penipuan dan penggelapan uang
sampai bernilai 1 miliar rupiah. Tidak tahan dengan tekanan yang ada di rumah,
mama akhirnya memutuskan untuk memindahkan saya dan keluarga kembar saya ke
rumah nenek saya atau rumaah yang saya tempati sampai kelas 1 SD dulu. Dengan
berpindahnya rumah, jarak sekolah saya menjadi lebih jauh. Saya harus berangkat
sehabis subuh agar dapat sampai ke sekolah tepat waktu. Kepindahan yang
mendadak dan uang iuran sekolah yang tak kunjung dapat dibayar tepat waktu oleh
orang tua saya menyebabkan saya dipanggil oleh wali kelas saya, mereka
menanyakan apa yang terjadi sebenarnya. Kondisi perekonomian keluarga menjadi
sangat tidak stabil, yang sekarang hanya mengandalakn tabungan mama saat masih
bekerja di kantor dulu. Mama memutuskan untuk bercerai dari papa yang juga
ternyata berselingkuh dengan sekretarisnya sendiri di kantor dan begitu banyak
kebohongan yang terbongkar. Keputusan bercerai tidak langsung berjalan mulis
karena pihak keluarga papa sempat mendatangi mama untuk memikirkan kembali
keputusannya. Saat itu saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan, saya merasa
kosong harus melakukan apa dan bagaimana. Mama tetap pada keputusannya untuk
bercerai dari papa, saat mengurus berkas perceraian, papa yang masih di tahanan
di bebaskan bersyarat yang mengharuskan papa melapor ke pihak kepolisian 2 kali
seminggu pada hari Senin dan Kamis. Papa sempat menelepon saya dan saudara
kembar saya untuk meminta maaf, saya yang emang sangat dekat bahkan cenderung
dimanja oleh papa merasa sangat marah dan kecewa. Sosok yang selama ini saya
jadikan contoh dan panutan bahkan tega melakukan ini semua kepada keluarga nya
sendiri. Bahkan saat papa bebas dan datang ke rumah saya pada saat lebaran saya
tidak kuat lagi melihat papa karena saya begitu marah kepadanya. Yang saya
pikirkan pada saat itu adalah saya ingin mati saja. Begitulah yang saya
pikirkan. Di sekolah prestasi saya pun drop
dan sya makin tidak bersemangat
menjalani kehidupan SMA saya, organisasi OSIS di SMa juga saya tinggalkan
karena tidak mempunyai semangat lagi untuk mengurus hal lain di luar sekolah
dan masalah keluarga saya. Orang-orang banyak mengatakan bahwa kehidupan SMA
adalah masa-masa yang paling indah, tetapi sepertinya itu tidak berlaku untuk
saya. Saya harus menghadapi permasalahan –permasalahan yang berhubungan dengan
papa seperti debt collector yang terus menerus menagih hutang papa dari
menelepon sampai menghampiri rumah kami. Pernah saya sampai tidak berani pergi
ke sekolah karena para debt collector itu
menunggu seharian di rumah saya. Papa yang sudah mendapat jatah bebas bersyarat
malah kabur dan tidak diketahui keberadaannya dan menjadi buronan penjara. Sungguh
tidak menyenangkan kehidupan saya saat itu, saya terus memikirkan bagaimana
kalau saya mati saja, meninggalkan kehidupan yang dipenuhi permasalahan seperti
ini. Menginjak kelas 3 disaat teman-teman sebaya saya merencanakan dengan indah
mereka akan kuliah di tempat yang mereka inginkan, saya sibuk memikirkan
bagaimana membayar uang sekolah saya dan kembaran saya dan juga melunasi
utang-utang papa yang terus saja menghabiskan harta keluarga ibu saya. Saya
tidak terpikir untuk melanjutkan kuliah, kartena saya tahu keluarga saya sedang
emngalami kesulitan financial. Saya tidak mau membebani mama dengan membayar
kuliah saya dan kembaran saya. Saya berpikir untuk mencari kerja saat lulus
SMA. Pada saat perguruan tinggi negeri membuka pendaftaran dan saya
berkesempatan mencoba undangan masuk ke perguruan tinggi dengan mengandalkan
nilai rapor, saya turut mencoba. Di dalam berkas saya memilih Universitas
Indonesia jurusan Psikologi, satra Cina dan Adminsitrasi Bisnis. Tetapi saya
gagal karena memang mengingat persaingan di luar sana yang pasti mempunyai
nilai yang lebih memuaskan dari saya yang memang mengalam penurunan prestasi. Saya
makin tidak semangat untuk kuliah, bahkan cadangan tempat kuliah pun saya tidak
memikirkan, karena saya tidak mau membebani keluarga saya. Saya hanya fokus
untuk segera lulus. Di tengah keputusasaan, keluarga saya terus menyemangati
saya bahwa saya harus tetap kuliah. Harus bisa membanggakan terutama buat mama.
Soal uang kuliah , saya akan dibantu pihak keluarga mama. Begitu katanya. Saya
yang memang tidak mempersiapakn perguruan tinggi swasta manapun sebagai
cadangan bingung untuk memilih. Pertama-tama saya mencoba tes beasiswa yang di
tawarkan perguruan tinggi Trisakti. Saya lolos tahap berkas dan dilanjutkan
dengan tes hari pertama. Bodohnya setelah tes itu saya tidak melihat dengan
detail pengumuman peserta yang lolos ke tahap berikutnya, jadi saya pikir saya
tidak lolos lagi. Saya tahu bahwa saya sebenarnya lolos tahap berikutnya oleh
teman saya yang juga mengikuti seleksi itu. Jadilah saya melepaskan dengan
bodoh begitu saja beasiswa dari Trisakti itu.Kemudian saya melanjutkan dengan
mengikuti tes di Binus University. Walaupun saya mendapat peringkat 1 di sana,
tetap saja mahal sekali biaya pendidikannya. Di tengah kebingungan, tiba-tiba
saya mendapat surat dari tetangga saya yang bilang bahwa surat itu ditujukan
untuk saya tetap menyasar ke alamat rumahnya. Surat itu merupakan undangan
beasiswa dari Universitas Gunadarma. Dulu memang saya ingat pihak SMA saya
bekerjasama dengan Universitas Gunadarma dengan memberikan try out Ujian Nasional. Saat teman-teman saya mendapat undagna
beasiswa daru Gunadarma, saya tidak mendapatkanya. Pikir saya mungkin memang mungkin
saya tidak lolos seleksi. Tanpa pikir panjang lagi saya langsung mendatangi
kampus Gunadarma yang ternayata ada di Kalimalang. Lumayan dekat dekat rumah
saya. Saya pun kesana sendiri dengan manggunakan angkot walaupun sempat
terlewat karena kampus yang rindang tertutup pohon sya akhirnya pergi ke lantai
6 ke bagian beasiswa. Alhamdulillah saya masih mendapat kesempatan memilih
jurusan kuliah sesuai dengan keinginan saya , manajemen dan mendapat blangko
pembayaran saya sangat bersyukur bahwa dengan biaya 17,6 juta saya dapat
menikmati pendidikan selama 6 semester di Universitas Gunadarma sesuai dengan
jurusan yang saya inginkan. Tidak pikir panjang lagi akhirnya keluarga saya
mendukung keputusan saya dan memutuskan untuk memutuskan untuk membayar lunas 6
semester itu dnegan uang pinjaman dari mesjid
kompleks perumahan saya karena eyang saya merupakan bendahara pengurus
disana. Setelah mendpatkan pinjaman saya pun melunasi biaya kuliah saya itu dan
sekarang saya dapat berkuliah. Bila mengingat hal ini membuat saya bersyukur
luar biasa dan membuat sya kembali optimis untuk menatap masa depan yang sempat
hancur. Dukungan dari keluarga saya yang tidak pernah berhenti mengalir menjadi
kekuatan saya tersendiri. Saya berjanji pada diri saya sendiri bahwa saya akan
menggunakan kesempatan kuliah ini sebaik mungkin. Sambil menunggu waktu masuk
kuliah, saya sempat bergabung dengan bisnis MLM , Oriflame diajak oleh tante
saya yang berkecimpung di bisnis itu. Niat saya yang ingin membantu mama
mencari uang membuat sya memutuskan untuk bergabung dan menjalankan bisnis ini.
Ternyata hasilnya lumayan, di bulan pertama saya mengikuti bisnis ini saya
mendapat penghasilan sekitar 300 ribuan diluar bonus-bonus kosmetik.
Menyenangkan sekali. Saya yang sangat tomboy jadi mulai mempehatikan penampilan
dan mencoba berbagai trik merias diri. Merasa ada keupasan tersendiri saat
mendapatkan alat-alat kosmetik itu dengan usaha sendiri. Tidak mudah memang,
saya harus rela mengantri dan mengantar barang-barang pesanan pelanggan yang
kebanyakan berasal dari teman-teman saya sendiri. Tante saya juga suka
menawarkan untuk membuka beauty class di rumah saya dimana disitu saya bisa
mengajak teman –teman saya untuk mencoba merias diri dengan berbagi macam
produk dari oriflamme dengan tujuan promosi. Menyenangkan sekali namun saat
mulai memasuki masa kuliah saya tidak disibukkan oleh berbagi tugas sehingga
bisnis saya sudah mulai saya tinggalkan.
Semangat hidupku- Mama dan Kembaran,Reza |
Memasuki masa
kuliah di Universitas Gunadarma saya langsung menawarkan diri manjadi ketua kelas.
Seperti janji saya di awal bahwa saya ingin sekali melakukan sesuatu hal yang
berguna bagi orang banyak dan menurut saya menjadi ketua kelas bisa menjadi
langkah awal untuk mewujudkannya. Dan 1 hal lagi yang saya inginkan saat saya
kuliah nanti adalah saya ingin mempunyai relasi baik di dalam maupun di luar
kampus yang luas, yaiutu dengan aktif di kegiata-kegiatan luar kampus. Kembali
lagi di tahun pertama saya menjadi ketua kelas, saya banyak mendapatkan
penglaman lebih. Menjadi ketua kelas di kampus sangat berbeda dengan saat di
SD, SMP maupun SMA karena cenderung lebih individualis. Tetapi ini merupakan
tantangan bagaimana merangkul mereka. Di luar dugaan di sini saya mendapat
sahabat-sahabat yang baik yanh berada di foto dibawah ini. Banyak hal kami
lakukan bersama-sama setelah pulang kampus. Kami pun sempat mengadakan liburan
dengan teman sekelas ke Puncak.
1EA18 Goes to Puncak |
KAMPAY's. Love them |
Pada tahun ke 2 kuliah saya mulai aktif di berbagai kegiatan di
kampus maupun di luar kampus. Di kampus saya aktif di Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM)
Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma sebagai anggota Seni-Budaya. Disini saya
mendapat keluaga baru dan belajar bagaimana membuat berbagai macam jenis acara
dari seminar, pekan olahraga sampai membuat acara konser music di kampus.
BEM FE |
BEM FE DIK Goes to Puncak |
Di luar kampus
saya juga aktif sebagai volunteer dari organisasi pemuda YEP!(Youth
EmPowering)dan berhasil membuat acara Jelajah Elok Indonesia (JEI) dan Social
Media Festival.Dan suntuk kepengurusan peiode baru ini(2013/2014) saya menjadi
salah satu anggota divisi Public Relation.
Jelajah Elok Indonesia, Kota Tua, Jakarta- YEP |
Di tahun ke 3
saya kuliah saat ini saya masih menjadi nagian dari Badan Eksekutif Mahasiswa
(BEM) sebagai Kepala Bidang Seni-Budaya dan saat ini mempunyai 4 anggota. Saya
juga aktif di mentoring program Young On Top Campus Ambassador yang dibentuk
oleh salah satu pengusaha yang sukses di usia muda, Billy Boen. Disini saya
mendapatkan pelajaran dan pengalaman yang lebih besar lagi karena selain
diwajibkan menjadi kepanitiaan di acara-acara yang diadakan oleh Young On Top
tetepi juga kita dituntut lebih professional dalam menjalankan tugas karena
membawa nama besar Young On Top.
www.youngontop.com |
Saya merasa lengkap karena di kampus
mendapatkan pengalamn berorganisasi di BEM dan YEP, tetapi juga mendapat
pengalaman yang lebih beratmosfer seperti lingkungan kerja di YOT. Sugguh
kehidupan yang tidak pernah saya bayangkan sebelumnya. Saat ini pula saya sedang menyelesaikan
proyek terbaru organisasi yang ingin saya rintis bersama teman-teman saya yang
bergerak di bidang interfaith(antar agama) di Indonesia dan bekerjasama dengan
UNESCO . . Saya juga
terlibat menjadi salah satu penulis yang terlibat di dalam penulisan buku berjudul “Indonesia
Rumah Besama” yang kami buat untuk memperingati hari kemerdekaan Indonesia dan
diterbitkan di dalam bentuk e-book dan
dapat di download secara gratis.
Selanjutkan saya dan akan membuat buku selanjutnya berikutnya berjudul “Dialog 100” yang akan rencana rilis pada tanggal 16 November 2013 bertepatan dengan hari Toleransi Internasional.
e-book "Indonesia Rumah Bersama" |
Selanjutkan saya dan akan membuat buku selanjutnya berikutnya berjudul “Dialog 100” yang akan rencana rilis pada tanggal 16 November 2013 bertepatan dengan hari Toleransi Internasional.
Demikian yang
dapat saya bagi mengenai kisah hidup saya. Semoga teman-teman semua dapat
mengambil semua pelajaran dari kisah yang sudah saya bagikan. Sukses untuk kita
semua! J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar