Jumat, 08 November 2013

Autobiografi-ku

Tugas softskill pada mata kuliah kali ini cukup menarik dan berbeda dengan biasanya. Kenapa? Karena kami sebagi mahasiswa diwajibkan membuat cerita perjalannan hidup kami dimulai dari kami lahir hingga saat ini. Istilahnya membuat autobiografi. Antara senang, malu, bangga, sedih semua bercampur aduk saat ingin memulai menulis tentang diri sendiri karena engan menuis ini berarti mengingat kembali segala penglaman-penglaman baik penglaman menyenangkan maupun yang kurang mneyenangkan dan pastinya memberikan makna dan hikmah dari setiap peristiwa. Sudah ah prolog nya, langsung dilanjutkan saja dengan cerita tentang diri saya sendiri. Silakan disimak. J

Saya lahir dari keluarga sederhana di Jakarta pada tanggal 29 September 1993 tepatnya di Rumah Sakit Hermina, Jakarta Timur dari pasangan Ibu Rieka Dana Ekawati dan Muhammad Salahuddin. Saya dilahirkan kembar dan saudara kembar saya berkelamin laki-laki bernama Reza Muhammad Septiano. Kami berselisih 3 menit dengan saudara kembar saya yang lahir lebih dulu.Kami memang kembar yang unik karena biasanya kembar mempunyai kelamin yang sama, tetapi kami tidak, itu disebabkan karena kami bukan kembar identik (berada di satu telur yang sama), namun kami kemba yang berada di dalam sel telur berbeda di dalam kandungan. Sampai sekarang merasa sangat bersyukur dengan karunia yang diberika Allah ini, saya merasa unik dan merasa istimewa, walaupun pasti orang tua saya merasa repot dengan kehadiran langsung bayi kembar ini :”) Saat kecil saya dan saudara kembar saya mempunyai nama panggilan Ajeng dan Dimas. Karena dalam bahasa Jawa, Ajeng dan Dimas berarti adik. Nama panggilan ini terus berlanjut sampai saya Taman Kanak-Kanak(TK) di TK Al-Ikhsan di dekta perumahan tempat satya tinggal. Makanya teman TK saya pasti tidak ada yang mengenal nama Risa ataupun Reza. :’) Masa kanak-kanak saya lewati dengan bahagia walaupun banyak diasuh oleh nenek saya yang sangat disiplin dan keras dalam mendidik karena papa dan mama sibuk bekerja, namun kami pasti merencanakan untuk jalan bersama pada setiap akhir pekan. Kondisi keluarga saya saat itu terasa berkecukupan, kebutuhan pokok saya maupun kebutuhan di luar kebutuhan pokok dapat terpenuhi dengan baik. Ada hal – hal yang menyenangkan saat saya memasuki masa di Tman Kanak-Kanak(TK), disitu saya merasakan perasaan suka kepada lawan jenis. Mungkin terasa sangat dini, tapi itulah yang saya rasakan. Bersama teman saya bernama Amanda yang selalu ingin duduk bersebelahan dengan saya dan sama –sama menyukai anak laki-laki yang bernama Ryan yang akrab dipanggil Yaya’. Yaya’ anak nakal yang sering ditegur oleh ibu guru, tetapi saya dan Amanda sering kali membuntutinya kemanapun dia pergi. Lucu sekali kalau dipikir soal itu, kami mengikuti nya dari belakang sampai dia terkadang merasa terganggu dengan kehadiran kami. Perasaan suka itu pun ikut berakhir dengan berakhirnya pula masa Taman Kanak-Kanak (TK). Di masa TK saya aktif menari. Saya sangat suka menari. Akhirnya saya pun mengikuti latihan tari yang disediakan oleh pihak TK. Disana diajarkan tarian daerah dan juga modern. Saya dan tim tari dari TK saya pun sempat menerima panggilan utnuk mengisi acara di Ancol menarikan tarian daerah dari Padang, Sumatera Barat. Dan pada saat perpisahan TK saya dan teman-teman juga mengisi acara dengan menarikan tarian modern. Yang menarik adalah kostum yang dipakai saya dan teman-teman merupakan hasil rancangan dan jahitan nenek saya sendiri. Nenek saya sendiri yang menawarkan diri untuk membuatkan kostum tari untuk saya dan teman-teman. Lucu sekali modelnya, bermodel dress pendek sedengkul dengan layer berlapis berbagai warna. Karena saya suka sekali warna pink maka warna kostum saya saat itu berwarna pink. Teman-teman saya ada yang mendapat warna biru, marah, hijau, ungu. Lucu sekali J

Masa Sekolah Dasar(SD) lalu saya melanjukan ke SD. Kartika X-7 Kodam. Disana yang terkenang oleh saya adalah bagaimana keras dan disiplinnya didikan disana dan tugas yang menumpuk walaupun masih menginjak kelas 1 SD. Setiap hari selalu ada saja tugas yang diberikan oleh guru. Dibalik itu yang juga menarik dalah jumlah anak-anak yang berada di 1 kelas sangat banyak. Bahkan 1 bangku panjang yang biasanya hanya ditempati oleh 2 orang bisa ditempati sampai 3 orang siswa. Saya ingat betul saya mempunyai teman sebangku dengan orang Bali bernama Made, kami sering bermain main dengan penghapusan dan pensil seakan akan mereka manusia. Saya duduk terpisah dengan saudara kembar saya, Reza. Tetapi saat kelas 2 SD saya pindah rumah sehingga mengharuskan saya untuk turut berpindah sekolah. Lalu mulailah saya melanjutkan di SD Muhammadiyah 3 Jakarta. Agak kaget dengan suasana sekolah ini. Karena menurut sya sekolah inio termasuk santai dalam mendidik anak muridnya dan tidak terlalu banyak tugas seperti  sekolah saya dulu. Dan disini saya diwajibkan untuk mengenakan jilbab karena dasarnya sekolah ini menganut ajaran Islam. Dari kelas 2 saya dan kembaran yang notabene menjadi anak baru saat di sekolah tersebut pastinya mempunyai perasaan tidak enak dan tidak percaya diri. Saya pun akhirnya menjadi pendiam. Tetapi saat menginjak kelas 3 saat saya sudah mulai bisa beradptasi dengan lingkungan dan merasa nyaman akhirnya saya mulai bisa menunjukkan prestasi dan mempunyai banyak teman. Apalagi disini terasa menyenangkan karena rumah teman-teman sekolah saya banyak yang dekat dengan rumah saya yang baru, tidak seperti dulu yang kebnaykan teman-teman sangat jauh tinggalnya. Saya dengan temanteman yang searah jalan pulang biaanya pulang bersama-sama dengan berjalan kaki. Mulai menginjak kelas 4 saya dipercaya menjadi ketua kelas. Dan entah kenapa saya tumbuh menjadi anak yang tomboy. Terbilang sangat tomboy mungkin,bahkan saya sering kali ditegur dengan beberapa alasan. Yang pertama adalah saya suka sekali memakai jam dan gelang berwarna hitam dan menggulung lengan panjang seragam sekolah sampai ke siku yang sangat tidak diperbolehkan khusunya bagi siswi sekolah. Yang kedua adalah saya sering berkelahi dengan siswa laki-laki. Sampai sekarang pun saya tidak paham mengapa saat itu saya begitu emosional dan mempunyai perasaan untuk terlihat berkuasa di sekolah, bahkan anak laki-laki yang mempunyai badan palin besarpun pernah menjadi lawan berkelahi saya. Sikap dan sifat saya yang sangat bertolak belakang dengan saudara kembar saya yang mempunyai sifat tenang, cenderung pemalu dan pendiam. Bahkan tidak jarang kembaran saya menjadi sasaran kejahilan anak-anak sekelas dan saya lah menjadi pahlawannya. Membela abang saya dengan beraninya. Kalau mengingat hal itu saya pun tidak tahu mengapa saya begitu ingin diri saya terlihat berkuasa. Menginjak kelas 5 SD saya mulai mengurangi intensitas saya berkelahi, tetapi saya disibukkan oleh latihan angklung. Angklung adalah alat music yang terbuat dari bamboo berasal dari Jawa Barat yang harus dimainkan bersama-sama agar menjadi kumpulan melodi yangh indah untuk didengar. Saya amat menyukai kegiatan ini. Sekolah saya pun sering mengikuti ajang perlombaan maupun diminta untuk mengisi acara pentas seni di sekolah-sekolah. Saya ingat sekali guru angklung saya bernama Pak Dede, beliau merupakan guru mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Beliau sering terlihat galak saat mengajar tetapi sangat menyenangkan saat mengajarkan angklung. Kami banyak memainkan lagu-lagu daerah dan juga lagu nasional. Yang paling menyenangkan adalah saat kami diundang untuk mengisi acara untuk pembukaan pusat perbelanjaan baru di daerah Senayan yaitu Senaya Trade Center (STC). Saat itu kami sudah latihan untuk mempersiapkan penampilan terbaik kami. Tetapi saat H-3 kami dikabari oleh Pak Dede bahwa kami terancam tidak bisa menghadiri acara pembukaan itu karena masalah kendaraan dan keadaan keuangan sekolah kami yang tidak memungkinkan menyewa kendaraan besar utnuk mengangkut tim angklung kami. Saya kecewa dan saat saya berada di rumah saya pun menceritakan hal ini pada orang tua saya.Setelah saya menceritakan hal tersebut ternyata orang tua saya sepakat untuk menyewakan sebuah bus untuk tim angklung kami agar dapat tampil di acara tersebut. Saya rasa itu merupakan salah satu kesenangan terbesar saya dimana saya dapat menolong teman-teman agar dapat tampil di acara tersebut melalui rejeki orang tua saya. Selain angklung, masa kelas 5 SD saya disibukkan oleh kegiatan menulis untuk Majalah Dinding (Mading) sekolah. Saya suka sekali menulis baik cerita maupun puisi untuk di muat di majalh dinding tersebut. Pernah saya menulis sebuah cerita tentang anak kembar yang terpisah dan bertemu kembali dan ternyata tulisan sederhana tersebut mendapat banyak pujian dari teman-teman dan guru karena menurut mereka tulisan saya dapat membuat mereka terharu. Menyenagkan sekali mendapatkan apresiasi terhadap apa yang di kerjakan J Saya juga mulai aktif menuliskan diari, banyak hal diceritakan disitu, soal teman, kekesalan di sekolah bahkan tentang seorang laki-laki yang saat itu saya suka. Lengkap ada di diari saya yang sangat setia itu. Kegiatan menari masih suka saya lakukan. Dulu saat masih baru menginjakkan kaki di SD ini saya sering menari sendiri saja di rumah karena saya belum menemukan teman yang mempunyai kesukaan sama yaitu menari seperti saya. Di kelas  5 SD ini pula lah saya menemukan teman-teman yang juga ternyata menyukai menari. Saya ingat sekali mereka adalah Vicka ,Septa dan Suci. Kami ber – 4 sering latihan menari apalagi didukung oleh kakak Vicka yang seorang penari. Tempat kami latihan bergilir, terkadang di rumah saya, di rumah Vicka, begitu seterusnya. Kami menari karena kami suka , tidak terpikir untuk mengikuti ajang lomba tari atau semacamnya. Menari dan angklung menjadi kehidupan saya sampai kelas 6 SD. Kelas 6 SD mulai disibukkan dengan persiapan memasuki Sekolah Menengah Pertama(SMP). Bertepatan dengan hari ulang tahun saya dan kembaran saya orang tua saya tiba-tiba memounyai ide untuk merayakannya di rumah saya dengan mengundang teman-teman sekaligus sebagai acara perpisahan. Menyenangkan sekali karena di acar tersebut saya dan teman-teman juga menampilkan tarian. Bercampur aduk rasanya mengingat perpisahan dengan teman-teman yang sudah bersama selama 5 tahun. Apalagi pilihan SMP yang mereka pilih juga banyak yang berbeda dengan pilihan saya yaitu SMP Negeri 7 Jakarta. Selain karena dekat dengan dengan rumah saya walaupun tidak sedekat dekat SD saya tetapi juga karena SMP itu mempunyai rata-rata nilai yang lumayan tinggi dan berkualitas.

Alhamdulillah saya diterima di SMP Negeri 7 Jakarta, saya memang ingin bersekolah di sana. Di masa SMP ini tiba-tiba saya tertarik untuk menjadi pemain musik. Iya, bisa memainkan salah satu alat musik dan mempunyai sebuah band.  Saya terinspirasi dengan music saat saya berlibur dengan keluarga saya di Hard Rock , Bali. Disana terdapat suguhan band yang menurut saya sangat bagus dan saya menikmatinya. Timbul keinginan bahwa saya ingin mempunyai sebuah band dan mempelajari salah satu alat music. Tetapi saat itu saya belum tahu ingin mempelajari alat music apa.  Bertepatan dengan itu, muncullah group band J-Rocks yang mempopulerkan genre music Pop Jepang sedang berkolaboasi dengan gitaris dan juga penyanyi muda berbakat, Prisa. Entah kenapa saya sangat ingin menjadi dia, wanita cantik, bersuara indah dan sangat ahli memainkan alat music gitar khususnya di genre music rock yang sangat jarang dikuasai oleh kaum perempuan. Saya sangat terinspirasi dengan Prisa, akhirnya saya memutuskan utnuk mempelajari alat music gitar. Dengan berbekal uang tabungan yang saya kumpulkan dari uang jajan harian yang saya terima dari orang tua saya akhirnya saya membeli sebuah gitar. Gitar pertama berwarna coklat tersebut mempunyai tipe senar nylon. Awalnya saya diajari oleh papa yang pada zaman muda dulu merupakan gitaris yang mempunyai sebuah band. Masa awal SMP saya banyak sekali dihabiskan dengan mempelajari chord-chord gitar agar tidak terdengar fals. Jari-jari saya mulai terasa sakit karena belum terbiasa memencet senar gitar. Tapi saya tidak menyerah, saya terus saja mempelajari chornya dan mulai memainkan dengan sebuah lagu. Kembaran saya pun juga ikut mempelajai gitar. Saya dan kembaran sering kali mencari chord-chord lagu melalui internet dan mempelajarinya. Sangat asyik sampai saya dan kembaran saya sering lupa waktu jika sudah berhubungan dengan gitar. Selain menyukai gitar saya juga mengikuti ekskul taekwondo di SMP 7 Jakarta. Klub taekwondo saat saya SMP bernama PALAPA, di kulb itu saya ikuti dengan sungguh-sungguh dan sangat menyenangkan karena mendapat teman-teman baru yang berasal dari luar kelas saya sendiri. Yang sangat berkesan saat latihan taekwondo adalah dimana klub taekwondo kami saat latihan sering kali berebut daerah lapangan dengan kulb karate di SMP saya. Tak jarang kami sering ribut kecil untuk masalah ini, akhirnya diputuskan untuk jadwal latihan karate dan taekwondo dipisah. Kehidupan saya waktu itu adalah sekolah, pulang sekolah langsung asyik sendiri dengan gitar saya dan dilanjutkan dengan taekwondo. Oh iya, saya dan kembaran saya berbeda sekolah saat SMP, dia sekolah di SMP Muhammadiyah 5. Itu merupakan kesepatan kami agar sekolah terpisah agar kami dapat mandiri dan mempunyai lebih banyak teman.Saat itu saya sangat menikmati latihan taekwondo, maka pada saat ada seleksi atlet untuk bertanding di kejuaraan, saya pun berusaaha melakukan yang terbaik utnuk dapat mengikuti kejuaraan itu. Alhamdulillah sayapun berhasil menjadi salah satu atlet yang tergabung dalam team kejuaraan di kelas Heavy. Kejuaraan pertama saya adalah tingkat klub se-Jakarta Timur. Disitu saya berhasil meraih medali perunggu(Juara 3) untuk kelas Heavy. Untuk pertama kali sangat mendebarkan karena saya yang berkacamata diharuskan melepas kacamata saya saat bertanding dan dianjurkan menggunakan softlens saat bertanding. Saya pun tak puas sampai situ, saya dan tim atlet terus berlatih lebih keras dibandingkan dengan teman-teman yang tidak masuk di tim atlet. Kejuaraan selanjutnya adalah kejuaraan antar klub se – JABODETABEK yang dilakukan di Senayan. Di pertandingan itulah saya merasakan kekecewaan yang luar biasa, bukan karena saya kalah, tetapi karena tas saya hilang di tempat penitipan tas para atlet. Bahkan untuk mencari tas saya seluruh peserta pertandingan sudah diminta untuk sementara mengosongkan are pertandingan tetapi tetap tidak ditemukan. Saya sangat sedih karena di dalam tas itu tersimpan segala macam kebutuhan saya seperti handphone, dompet, uang, keperluan sholat. Yang tertinggal saat itu hanya apa yang saya kenakan saja di badan yaitu kostum taekwondo atau yang biasa disebut Dobok. Kejadian itu membuat saya down dan tidak semangat mengikuti pertandingan. Tapi teman-teman saya menyemangati saya untuk tetap semangat menjalankan pertandingan, tidak usah memikirkan kemenangan. Akhirnya pertandingan itupun saya berhasl meraih medali perak (Juara 2) dan pulang diantar pelatih saya sampai tumah. Saat itu saya erasa trauma dengan segala macam yang berhubungan dengan taekwondo saat itu, akhirnya saya memutusakan untuk keluar dari klub taekwondo itu. Sebenarnya sangat berat mengingat saya mengejar gelar juara di pertandingan selanjutnya. Tapi saya tidak mau kejadian seperti itu terulang lagi dan saya pun resmi keluar dari klub. Kegiatan saya setelah itu adalahbergabung di sebuah grup band yang di bentuk oleh kembaran saya dan teman-teman sekolahnya. Awalnya saya mengisi vokal dan gitar. Kami memainkan genre music pop dan lebih banyak memawakan lagu-lagu yang hits pada saat itu. Kami latihan di studio band hampir 3 kali seminggu. Saya sangat menikmati kegiatan itu karena dengan bermusik entah kenapa saya merasa sangat bebas dan dapat mengekspresikan diri saya sebebas-bebasnya. Setelah di posisi vokal ada yang mengisi, saya pun fokus di posisi gitar. Beberapa lama berjalan dan latihan saya merasa tertarik dengan alat musik bass. Akhirnya saya memutuskan untuk memgang posisi bass karena bass dan gitar tidakterlalu jauh perbedaan dalam mempelajarinya. Akhirnya saya menemukan posisi itulah yang membuat saya nyaman seutuhnya. Karena melihat ketertarikan saya yang sekarang memgang posisi di alat music bass, papa saya akhirnya membelikan saya bass listrik dan gitar listrik untuk kembaran saya agar saya dan kembaran bisa latihan lebih intens lagi di rumah selain di studio. Saya dan teman-teman banyak ditawari mengisi acara tahunan sekolah Muhammdiyah sendiri dan kami juga memberanikan diri untuk mengikuti event-event musik yang diadakan oleh sekolah music, Chic’s Music.

marshmellow on stage
 
pensi sekolah

Kami juga ditawari mencoba mereka lagu yang kami buat sendiri di studio rekaman yang baru buka milik teman saya dengan harga promosi. Kami tidak menyia-nyiakan kesempatan itu, pengalaman sangat menyenangkan berada di studio rekaman dan merasakan secara langsung bagaimana susahnya mendapatkan  take yang pas. Saat saya mengambil take bass pun harus di ulang berkali-kali utnuk mendapatkan hasil yang pas. Setelah melalui proses mixing, setelah beberapa hari akhirnya album master band kami sudah jadi dan kami merasa senang sehingga kami semua mempunyai mimpi utnuk suatu saat dapat membuat album yang sesungguhnya dan menjual secara komersial. Pasti menyenangkan. J Selain kegiatan band, saya pun banyak mengikuti pelatihan –pelatihan persiapan  khusus untuk olimpiade yang disediakan oleh SMP saya siswa-siswa berprestasi yang tertarik mengikuti olimpiade di bidang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Dulu saya memang menyukai bidang sains terutama di bidang biologi dan fisika. Karena menurut saya kedua bidang tersebut membuat saya tertantang untuk terus memecahkan persoalan sulit dari soal tersebut. Saya pun akhirnya banyak mengikuti olimpiade bidang sains yang salah satunya mungkin paling membanggakan adalah saya behasil menjadi menjadi Peringkat I Tingkat Kecamatan Matraman pada Kompetisi Ilmu Pengetahuan Alam(IPA) yang diselenggarakan oleh Musyawarah Guru Mata Pelajaran(MGMP) dari tanggal 25 Februari s/d 11 Maret 2007 dan menjadi Peserta Bintang Pintar Ultra mewakili SMP saya. Begitulah kehidupan saya, saya merasa seimbang sekali waktu itu, karena di saat saya sekolah dan pelatihan olimpiade, setiap 3 kali seminggu saya juga latihan band dengan teman-teman band saya.Selain band dan taekwondo, sayapun sempat menjadi anggota OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah) sebagai anggota seni-budaya. Dan secara mengejutkan saya ditunjuk oleh pihak sekolah untuk menjadi ketua pelaksana dari acara perpisahan untuk kelas 3 yang kebetulan pada saat itu panitianya harus anak OSIS yang menduduki kelas 2. Jadilah saya menjadi ketua pelaksana untuk acara itu, mulai dari menentukan konsep acara sampai jobdesk masing-masing panitia. Pihak sekolah juga sangat banyak membantu kelancaran acara yang dilaksanakan di halaman SMP saya ini. Pada hari-H yang menyenangkan walaupun terkendala oleh hujan yang tiba-tiba turun tetapi acara kampus dapat berjalan dengan baik dan majalah remaja Kawanku bersedia meliput acara perpisahan. Sungguh pengalaman yang sangat menyenangkan dan berharga.

Saat kelas 3 mungkin kesibukan bertambah karena harus mempersiapkan uian akhir dan tes masuk Sekolah Menengah Atas (SMA). Saya memilih SMA Negeri 31 Jakarta tidak lain juga karena lokasi SMA yang dekat dengan rumah saya dan memang SMP saya bekerja sama dengan SMA tersebut, jadi saya rasa memang kualitas SMA tersebut lumayan bagus. Saya pun mempersiapkan untuk mengikuti ujian praktek dan teori di SMP demi mencapai nilai standar untuk SMA yang saya tuju yaitu SMA Negeri 31 Jakarta. Yang berkesan sewaktu ujian praktik adalah saya mengalami musibah kecelakaan motor yang menyebabkan dagu saya harus dijahit 4 jahitan dan tidak dapat berbicara banyak sementar ujian praktik banyak mengharuskan saya untuk setidaknya presentasi pelajaran yang diujikan. Sedih sekali rasanya saya pada mata pelajaran biologi yang sangat saya suka saya harus mengikuti ujian pengganti presentasi yang pasti sangat mempengaruhi nilai saya. Alhamdulillah saya berhasil mendapatkan nilai yang sesuai standar SMA yang saya tuju. Saya pun masuk SMA itu dengan perasaan yang gembira karena banyak teman-teman dari SMP saya yang juga msuk SMA itu, jadi saya tidak merasa sendirian.

Masa awal Sekolah Menengah Atas (SMA) saya masih disibukkan dengan latihan band dan tetap mengikuti kegiatan pelatihan persiapan untuk olimpiade sains karena saya ingin masuk jurusan IPA saat penjurusan kelas 2 nanti dan menjadi dokter. Saya ingin menjadi dokter karena saya mendapat dorongan dari papa saya yang bekerja di klinik kesehatan di daerah Subang.Selain beliau bekerja di klinik kesehatan, beliau juga mendirikan perusahaan sendiri yangbergerak di bidang jasa yang mempunyai kantor di Pramuka Raya, Jakarta. Saya merasa tertarik untuk dapat menolong orang lain. Kelas 1 saya pun berusaha untuk terus memperbaiki nilai saya terutama di bidang sains dan saya pun berhasil meraih rangking 1 di kelas. Tetapi setelah berhasil menjadi rangking 1 yang sudah memastikan saya akan berada di jurusan IPA, hari saya tiba-tiba berubah dan tidak menginginkan berkarya di bidang kedokteran kelak. Saya tertarik dengan bidang manajemen karena saya juga ingin menjadi seperti ayah saya yang mendirikan perusahaan sendiri. Secara mengejutkan saya meminta bantuan kepada orang tua saya untuk berbicara kepada pihak sekolah saya terutama wali kelas saya yang sangat mendukung cita-cita saya menjadi dokter. Papa saya akhirnya menemui wali kelas saya namun tetap tidak diijinkan oleh wali kelas saya. Menjalani kelas 2 di jurusan IPA terasa sangat tidak menyenangkan untuk saya. Saya merasa tidak ingin berada di jurusan ini san mempelajari ini semua. Saya merasa seprti robot yang mengerjakan tugas yang sangat banyak itu tidak menggunakan hati. Walauoun saya tetap bisa melewatkan semua mata pelajaran dengan nilai yang bisa dibilang memuaskan, tetapi hati saya sangat tidak senang. Saya hanya berpikir untuk dapat lulus saja dan kelak kuliah di jurusan manajemen sesuai dengan keinginan saya. Dan saya mendaftar sebagai anggota OSIS dan diterima sebagai sekretaris bidang pendidikan.

 
IPA 2 tercinta

Memasuki kelas 2 semester akhir, di saat itulah saya memasuki titik balik kehidupan saya. Dari kehidupan saya yang selama ini menyenangkan, tercukupi, harmonis menjadi berkebalikan 180 derajat. Papa saya ditangkap pihak kepolisian dengan tuduhan penipuan dan penggelapan uang dan dimasukkan ke tahanan. Kejadian itu sangat cepat. Setelah papa berada di tahanan saya tidak pernah diijinkan untuk menengok. Mama yang sering menengok Papa. Saya pikir semua hanya tuduhan belaka dan tidak beralasan, namun betapa kecewanya saya saat mendengar sendiri dari mitra-mitra kerja papa yang salah satunya adalah orang tua dari teman sekolah saya sendiri member kesaksian bahwa papa saya memang melakukan penipuan dan penggelapan uang sampai bernilai 1 miliar rupiah. Tidak tahan dengan tekanan yang ada di rumah, mama akhirnya memutuskan untuk memindahkan saya dan keluarga kembar saya ke rumah nenek saya atau rumaah yang saya tempati sampai kelas 1 SD dulu. Dengan berpindahnya rumah, jarak sekolah saya menjadi lebih jauh. Saya harus berangkat sehabis subuh agar dapat sampai ke sekolah tepat waktu. Kepindahan yang mendadak dan uang iuran sekolah yang tak kunjung dapat dibayar tepat waktu oleh orang tua saya menyebabkan saya dipanggil oleh wali kelas saya, mereka menanyakan apa yang terjadi sebenarnya. Kondisi perekonomian keluarga menjadi sangat tidak stabil, yang sekarang hanya mengandalakn tabungan mama saat masih bekerja di kantor dulu. Mama memutuskan untuk bercerai dari papa yang juga ternyata berselingkuh dengan sekretarisnya sendiri di kantor dan begitu banyak kebohongan yang terbongkar. Keputusan bercerai tidak langsung berjalan mulis karena pihak keluarga papa sempat mendatangi mama untuk memikirkan kembali keputusannya. Saat itu saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan, saya merasa kosong harus melakukan apa dan bagaimana. Mama tetap pada keputusannya untuk bercerai dari papa, saat mengurus berkas perceraian, papa yang masih di tahanan di bebaskan bersyarat yang mengharuskan papa melapor ke pihak kepolisian 2 kali seminggu pada hari Senin dan Kamis. Papa sempat menelepon saya dan saudara kembar saya untuk meminta maaf, saya yang emang sangat dekat bahkan cenderung dimanja oleh papa merasa sangat marah dan kecewa. Sosok yang selama ini saya jadikan contoh dan panutan bahkan tega melakukan ini semua kepada keluarga nya sendiri. Bahkan saat papa bebas dan datang ke rumah saya pada saat lebaran saya tidak kuat lagi melihat papa karena saya begitu marah kepadanya. Yang saya pikirkan pada saat itu adalah saya ingin mati saja. Begitulah yang saya pikirkan. Di sekolah prestasi saya pun drop  dan sya makin tidak bersemangat menjalani kehidupan SMA saya, organisasi OSIS di SMa juga saya tinggalkan karena tidak mempunyai semangat lagi untuk mengurus hal lain di luar sekolah dan masalah keluarga saya. Orang-orang banyak mengatakan bahwa kehidupan SMA adalah masa-masa yang paling indah, tetapi sepertinya itu tidak berlaku untuk saya. Saya harus menghadapi permasalahan –permasalahan yang berhubungan dengan papa seperti debt collector  yang terus menerus menagih hutang papa dari menelepon sampai menghampiri rumah kami. Pernah saya sampai tidak berani pergi ke sekolah karena para debt collector itu menunggu seharian di rumah saya. Papa yang sudah mendapat jatah bebas bersyarat malah kabur dan tidak diketahui keberadaannya dan menjadi buronan penjara. Sungguh tidak menyenangkan kehidupan saya saat itu, saya terus memikirkan bagaimana kalau saya mati saja, meninggalkan kehidupan yang dipenuhi permasalahan seperti ini. Menginjak kelas 3 disaat teman-teman sebaya saya merencanakan dengan indah mereka akan kuliah di tempat yang mereka inginkan, saya sibuk memikirkan bagaimana membayar uang sekolah saya dan kembaran saya dan juga melunasi utang-utang papa yang terus saja menghabiskan harta keluarga ibu saya. Saya tidak terpikir untuk melanjutkan kuliah, kartena saya tahu keluarga saya sedang emngalami kesulitan financial. Saya tidak mau membebani mama dengan membayar kuliah saya dan kembaran saya. Saya berpikir untuk mencari kerja saat lulus SMA. Pada saat perguruan tinggi negeri membuka pendaftaran dan saya berkesempatan mencoba undangan masuk ke perguruan tinggi dengan mengandalkan nilai rapor, saya turut mencoba. Di dalam berkas saya memilih Universitas Indonesia jurusan Psikologi, satra Cina dan Adminsitrasi Bisnis. Tetapi saya gagal karena memang mengingat persaingan di luar sana yang pasti mempunyai nilai yang lebih memuaskan dari saya yang memang mengalam penurunan prestasi. Saya makin tidak semangat untuk kuliah, bahkan cadangan tempat kuliah pun saya tidak memikirkan, karena saya tidak mau membebani keluarga saya. Saya hanya fokus untuk segera lulus. Di tengah keputusasaan, keluarga saya terus menyemangati saya bahwa saya harus tetap kuliah. Harus bisa membanggakan terutama buat mama. Soal uang kuliah , saya akan dibantu pihak keluarga mama. Begitu katanya. Saya yang memang tidak mempersiapakn perguruan tinggi swasta manapun sebagai cadangan bingung untuk memilih. Pertama-tama saya mencoba tes beasiswa yang di tawarkan perguruan tinggi Trisakti. Saya lolos tahap berkas dan dilanjutkan dengan tes hari pertama. Bodohnya setelah tes itu saya tidak melihat dengan detail pengumuman peserta yang lolos ke tahap berikutnya, jadi saya pikir saya tidak lolos lagi. Saya tahu bahwa saya sebenarnya lolos tahap berikutnya oleh teman saya yang juga mengikuti seleksi itu. Jadilah saya melepaskan dengan bodoh begitu saja beasiswa dari Trisakti itu.Kemudian saya melanjutkan dengan mengikuti tes di Binus University. Walaupun saya mendapat peringkat 1 di sana, tetap saja mahal sekali biaya pendidikannya. Di tengah kebingungan, tiba-tiba saya mendapat surat dari tetangga saya yang bilang bahwa surat itu ditujukan untuk saya tetap menyasar ke alamat rumahnya. Surat itu merupakan undangan beasiswa dari Universitas Gunadarma. Dulu memang saya ingat pihak SMA saya bekerjasama dengan Universitas Gunadarma dengan memberikan try out Ujian Nasional. Saat teman-teman saya mendapat undagna beasiswa daru Gunadarma, saya tidak mendapatkanya. Pikir saya mungkin memang mungkin saya tidak lolos seleksi. Tanpa pikir panjang lagi saya langsung mendatangi kampus Gunadarma yang ternayata ada di Kalimalang. Lumayan dekat dekat rumah saya. Saya pun kesana sendiri dengan manggunakan angkot walaupun sempat terlewat karena kampus yang rindang tertutup pohon sya akhirnya pergi ke lantai 6 ke bagian beasiswa. Alhamdulillah saya masih mendapat kesempatan memilih jurusan kuliah sesuai dengan keinginan saya , manajemen dan mendapat blangko pembayaran saya sangat bersyukur bahwa dengan biaya 17,6 juta saya dapat menikmati pendidikan selama 6 semester di Universitas Gunadarma sesuai dengan jurusan yang saya inginkan. Tidak pikir panjang lagi akhirnya keluarga saya mendukung keputusan saya dan memutuskan untuk memutuskan untuk membayar lunas 6 semester itu dnegan uang pinjaman dari mesjid  kompleks perumahan saya karena eyang saya merupakan bendahara pengurus disana. Setelah mendpatkan pinjaman saya pun melunasi biaya kuliah saya itu dan sekarang saya dapat berkuliah. Bila mengingat hal ini membuat saya bersyukur luar biasa dan membuat sya kembali optimis untuk menatap masa depan yang sempat hancur. Dukungan dari keluarga saya yang tidak pernah berhenti mengalir menjadi kekuatan saya tersendiri. Saya berjanji pada diri saya sendiri bahwa saya akan menggunakan kesempatan kuliah ini sebaik mungkin. Sambil menunggu waktu masuk kuliah, saya sempat bergabung dengan bisnis MLM , Oriflame diajak oleh tante saya yang berkecimpung di bisnis itu. Niat saya yang ingin membantu mama mencari uang membuat sya memutuskan untuk bergabung dan menjalankan bisnis ini. Ternyata hasilnya lumayan, di bulan pertama saya mengikuti bisnis ini saya mendapat penghasilan sekitar 300 ribuan diluar bonus-bonus kosmetik. Menyenangkan sekali. Saya yang sangat tomboy jadi mulai mempehatikan penampilan dan mencoba berbagai trik merias diri. Merasa ada keupasan tersendiri saat mendapatkan alat-alat kosmetik itu dengan usaha sendiri. Tidak mudah memang, saya harus rela mengantri dan mengantar barang-barang pesanan pelanggan yang kebanyakan berasal dari teman-teman saya sendiri. Tante saya juga suka menawarkan untuk membuka beauty class di rumah saya dimana disitu saya bisa mengajak teman –teman saya untuk mencoba merias diri dengan berbagi macam produk dari oriflamme dengan tujuan promosi. Menyenangkan sekali namun saat mulai memasuki masa kuliah saya tidak disibukkan oleh berbagi tugas sehingga bisnis saya sudah mulai saya tinggalkan.

Semangat hidupku- Mama dan Kembaran,Reza

Memasuki masa kuliah di Universitas Gunadarma saya langsung menawarkan diri manjadi ketua kelas. Seperti janji saya di awal bahwa saya ingin sekali melakukan sesuatu hal yang berguna bagi orang banyak dan menurut saya menjadi ketua kelas bisa menjadi langkah awal untuk mewujudkannya. Dan 1 hal lagi yang saya inginkan saat saya kuliah nanti adalah saya ingin mempunyai relasi baik di dalam maupun di luar kampus yang luas, yaiutu dengan aktif di kegiata-kegiatan luar kampus. Kembali lagi di tahun pertama saya menjadi ketua kelas, saya banyak mendapatkan penglaman lebih. Menjadi ketua kelas di kampus sangat berbeda dengan saat di SD, SMP maupun SMA karena cenderung lebih individualis. Tetapi ini merupakan tantangan bagaimana merangkul mereka. Di luar dugaan di sini saya mendapat sahabat-sahabat yang baik yanh berada di foto dibawah ini. Banyak hal kami lakukan bersama-sama setelah pulang kampus. Kami pun sempat mengadakan liburan dengan teman sekelas ke Puncak.


1EA18 Goes to Puncak
KAMPAY's. Love them
Pada tahun ke 2 kuliah saya mulai aktif di berbagai kegiatan di kampus maupun di luar kampus. Di kampus  saya aktif di Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma sebagai anggota Seni-Budaya. Disini saya mendapat keluaga baru dan belajar bagaimana membuat berbagai macam jenis acara dari seminar, pekan olahraga sampai membuat acara konser music di kampus.

BEM FE 
BEM FE DIK Goes to Puncak
Di luar kampus saya juga aktif sebagai volunteer dari organisasi pemuda YEP!(Youth EmPowering)dan berhasil membuat acara Jelajah Elok Indonesia (JEI) dan Social Media Festival.Dan suntuk kepengurusan peiode baru ini(2013/2014) saya menjadi salah satu anggota divisi Public Relation.  

Jelajah Elok Indonesia, Kota Tua, Jakarta- YEP


Di tahun ke 3 saya kuliah saat ini saya masih menjadi nagian dari Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) sebagai Kepala Bidang Seni-Budaya dan saat ini mempunyai 4 anggota. Saya juga aktif di mentoring program Young On Top Campus Ambassador yang dibentuk oleh salah satu pengusaha yang sukses di usia muda, Billy Boen. Disini saya mendapatkan pelajaran dan pengalaman yang lebih besar lagi karena selain diwajibkan menjadi kepanitiaan di acara-acara yang diadakan oleh Young On Top tetepi juga kita dituntut lebih professional dalam menjalankan tugas karena membawa nama besar Young On Top.

www.youngontop.com

 Saya merasa lengkap karena di kampus mendapatkan pengalamn berorganisasi di BEM dan YEP, tetapi juga mendapat pengalaman yang lebih beratmosfer seperti lingkungan kerja di YOT. Sugguh kehidupan yang tidak pernah saya bayangkan sebelumnya.  Saat ini pula saya sedang menyelesaikan proyek terbaru organisasi yang ingin saya rintis bersama teman-teman saya yang bergerak di bidang interfaith(antar agama) di Indonesia dan bekerjasama dengan UNESCO . . Saya juga terlibat menjadi salah satu penulis yang  terlibat di dalam penulisan buku berjudul “Indonesia Rumah Besama” yang kami buat untuk memperingati hari kemerdekaan Indonesia dan diterbitkan di dalam bentuk e-book  dan dapat di download secara gratis.

e-book "Indonesia Rumah Bersama"

 Selanjutkan saya dan akan membuat buku selanjutnya berikutnya berjudul “Dialog 100” yang akan rencana rilis pada tanggal 16 November 2013 bertepatan dengan hari Toleransi Internasional.
Demikian yang dapat saya bagi mengenai kisah hidup saya. Semoga teman-teman semua dapat mengambil semua pelajaran dari kisah yang sudah saya bagikan. Sukses untuk kita semua! J



Tidak ada komentar:

Posting Komentar