Minggu, 01 Juni 2014

Ringkasan Novel - Cintapuccino

CINTAPUCCINO
Pengarang : Icha Rahmanti


BAB 1

Bandung, November 2003
“Teteh..Teteh.. The Ami!” , adikku Dina membangunkanku yang terdengar sangat mengganggu karena kepalaku yang masih terasa berat karena kumpul keluarga yang dilakukan sampai pukul 4 pagi tadi sambil bermain Kartu Monyet. Suatu ritual keluarga kami bermain permainan itu saat lebaran atau untuk hari-hari besar keluarga lainnya dan juga untuk simbol penerimaan untuk calon pendamping yang dikenalkan. Ternyata telepon dari Raka yang menyebabkan Dina membangunkanku dengan begitu semangatnya. Raka, seorang yang istimewa di hatiku sekarang, member kabar bahwa dia tidak bisa mampir ke Bandung dan harus langsung bertugas ke Yogyakarta sebagai seorang reporter. “Mi, aku mau ajak Ibu kenalan sama Mama Papa kamu..terus keluarga kakakku juga”. Wow, it’s a huge step! Apa Raka mau..? aku menggeleng-gelengkan kepala berusaha tidak berpikir macam-macam tentang huungan yang baru berjalan 9 bulan ini.

Setelah itu aku, Dina, Ua Iceu dan Mama berencana pergi ke Yamien Lela, tempat makan favorit kami sekeluarga. Saat pulang Alin menyadari bahwa korek kesayangannya tertinggal sehingga kami harus kembali lagi ke sana.

“Yang ini ya….”
Dan saat itu aku Cuma bisa terdiam dengan mata membelalak melihat Nimo yang bicara alias Dimas Geronimo.

BAB 2

Pernah terobsesi dengan seseorang? Sampai kamu rela masuk ke jurusan kuliah yang sama bahkan masuk ke tempat kerja yang sama pula. Sampai hafal semua mantan pacarnya lewat orang –orang yang mengenal dirinya? Aku pernah. Awalnya begini..
Bandung, awal Agustus 1993
Awal masuk SMA Ibu Pertiwi, ekskul Keamanan lah yang aku pilih diantara sekian banyak pilihan.
“Nimo… Geronimo, 2 Fis 5”

Karena ada Nimo, sosok yang selama ini cuma aku khayalkan..ternyata benar-benar ada dan berdiri tidak jauh dari bangkuku. Aku menyebut ini pertanda. Aku menemukan Nimo-lu. So real and alive!
Untuk masuk ke ekskul keamanan ini kami harus melewati 4 Diklat yang lumayan berat, lecet dan luka-luka menjadi warna di diklat ini, namun aku semangat karena satu hal yaitu Nimo. Dan saat Diklat ke IV yang juga merupakan pelantikan, aku merasa sangat bangga dan senang karena merasa terlah berhasil melewati berbagai tantangan dan merasa special karena saat itu aku berada di sebelah Nimo dengan sinar rembulan dan bintang-bintang yang indah di Gunung Puntang.
Reta, sebuah nama yang diketahui sebagai pacar Nimo yang terbaru tidak sengaja bertemu denganku saat ingin mengambil LKS. Tas, sepatu, bau parfum dan mobil merah Cherokee nya memang menunjukkan siapa Reta, tapi aku merasa jauh lebih pantas jadi pacar Nimo!

BAB 3

Aku kembali melihat kotak penyimpanan diari yang kusimpan rapi di kamar. Melihat berbagai kegilaan ku terhadap Nimo dulu sejak SMA sampai awal kuliah dimana selalu ada dia di dalam pikiranku sehingga aku sampai memutuskan untuk berkuliah di kampus dan jurusan yang sama dengannya berharap kami akan bisa bersama, namun tugas dan kehidupan kuliah kami yang sangat tidak berpihak padaku dan Nimo. Di diari itu aku menuliskan biodata Nimo dengan lengkap sampai kepada analisis SWOT ku untuk mendapatkan Nimo dan juga berbagai ‘kegilaan’ ku yang lain seperti mengirimkan bunga diam-diam , bebrapa kali telepon ke rumah Nimo namun menutupnya kembali saat diangkat dan berbagai ‘kegilaan’ lain.
Aku tertidur dan bangun keesokan hari nya setelah melihat lihat kembali diary zaman SMA ku dulu dan mengangkat telepon dari Raka. Setelah membereskan tempat tidur dan diary yang berserakan, ada pesan masuk di handphone, jantungku nyaris copot membacanya :
“Hi, mi besok ada waktu? Bisa ketemu? Tq, Nimo”

BAB 4

“Aliinnn!” aku panik memanggil Alin karena tidak tahu harus bagaimana dengan pesan yang barusan ku terima itu.Alin, sepupuku yang sudah seperti soulmate buatku. Alin menyarankan untuk segera membalas pesannya dan meminta sarannya berkali-kali untuk membalas pesan dari Nimo-my obsession dengan tepat. Akhirnya aku membalasnya dengan membuat janji bertemu di distro aku dan Alin bernama barbietch yang kami buat setelah aku keluar dari perusahaan D’estain Company(DC), perusahaan yang sama dengan Nimo bekerja sampai saat ini yang membuat nya menjadi the best eligible bachelor : muda, kaya, tampan. Aku bertemu dengannya dengan menjadi Rahmi yang tidak seperti dulu, aku hanya memikirkan bahwa setelah pertemuan kali ini tidak akan ada pertemuan lagi dengan Nimo.

Esoknya, keluarga Raka datang dengan formasi lengkap, Ibu, keluarga kakak nya dan juga kedua keponakannya yang lucu. Aku senang kedatangan mereka terutama karena aku bisa bertemu dengan Raka, aku sangat rindu padanya. Dan setelah itu , Raka melamarku! Keluarga nya menjelaskan bahwa mereka mempunyai itikad baik untuk melamarku.
Seketika aku merasa senang  dan ingi dengan segera memberitahu Alin yang sedang berada di Jakarta  tentang berita ini, lalu dengan semangat mengangkat teleponku yang berdering, aku pikir itu Alin..
“…Rahmi…?”
Suara itu.. itu suara Nimo

BAB 5

“Rahmi.. hallo, ini Nimo…”
Tanganku terasa dingin, Nimo kemudian mengajak bertemu lagi.
“Apa kabar Mi? Anything news from you?”

Aku baru saja dilamar, Mo! Itu jawabku dalam hati. Kenapa pada saat malam aku dilamar.

Keluarga Raka pamit pulang sehingga aku menutup telepon dari Nimo dan sehabis maghrib aku menjemput Alin yang baru pulang dari Jakarta di stasiun, dan dalam hitungan detik aku mengenali sosoknya. Dan beberapa detik tersadar bahwa ternyata Ali nada di sebelahnya, Nimo…

BAB 6

“Bilang ini bukan pertanda, tapi sekarang.. kita bakalan dateng ke kawinan temen gue sama Nimo, thanks to you. Dan pas banget kalau Raka ternyata harus balik ke Jakarta mendadak! What a coincidence, isn’t it?”

Malam itu aku harus hadir ke acara kawinan temanku dengan Nimo dan Alin di Malia. Tempat yang indah dengan dekorasi yang pas dan aku merasa memakai baju yang membuatku merasa cantik. Setelah aku mendapat kesempatan untuk dapat berbicara berdua dengan Nimo dan aku memberanikan diri bertanya padanya setelah sekian lama “Kenapa lo kontak gue? Kenapa sekarang?” Nimo mengangkat bahu , diam beberapa saat mencoba berpikir “Perfect timing?”. Aku diam dan mood ku berubah 180 derajat dan akhirnya amarahku meledak malam itu juga dan aku membeberkan semua nya kepada Nimo bahwa aku terobsesi dengannya selama bertahun-tahun dan bahkan tidak pernah mendapat tanggapan sama sekali. Raut wajah Nimo menyiratkan kebingungan, aku tidak peduli, aku sudah sangat marah dengan semua ini. Butuh sepuluh tahun untuk akhirnya sadar bahwa Tuhan memberikanku seseorang yang jauh lebih baik untukku : Danang Raka Soediro.

BAB 7

Balikpapan, awal Januari 2003
Hampir 2 tahun aku bekerja di Balikpapan. Dan buatku rasanya seperti bertahun-tahun lebih lama. Seingatku aku melamar ke D’estain Compagnie (DC) sebuah service company yang bergerak di industry perminyakan dunia karena lulusan dari jurusanku memang sangat berminat bekerja di bidang tersebut, dan disitu ada Nimo. Di masa masa jenuh bekerjaku, bertemu lah aku dengan Raka, seorang reporter yang saat itu bertugas mewawancarai perusahaan tempat aku bekerja itu. Dan saat waktu istirahat, aku pun berkesempatan untuk mengornol bersama Raka yang saat itu aku menilai sangat ramah dan pintar. Dan tiba-tiba ide gila pun muncul saat Raka menceritakan rencana pulang nya ke Jakarta. Iya, aku akan ikut dengannya ke Jakarta dan keluar dari pekerjaan membosankan ini. Aku kemudian membuat alasan bahwa aku harus meneruskan bisnis keluarga kepada perusahaan. Dan inilah aku sekarang, tinggal sementara di Jakarta dengan ditemani Alin sambil memikirkan hal apa yang akan kami lakukan selanjutnya, aku memutuskan untuk tidak pulang ke rumahku dulu di Bandung sampai keadaan tenang, karena aku yakin orangtua ku tidak akan setuju aku keluar dari DC.Sudah lama aku tidak mengontak Raka setelah dia yang membantuku kabur ke Jakarta karena nomor kontaknya secara tiba-tiba tidak dpat dihhubungi, secara tidak sengaja aku bertemu dengan nya lagi di daerah Blok M dan sejak saat itu kami semakin dekat.

Aku dan Alin dibantu saran dari Raka pula lah aku memberanikan diri untuk membuka distro Barbietch dimana aku sadar aku sangat menyukai berwirausaha.
Nimo menghampiriku di Barbietch dan mengajakku untuk berbicara tentang kejadian di acara kawinan temanku kemarin di Malia. Aku pun akhirnya mengajak ke Toko Yu, dan kejadian mengangetkan terjadi

“Intinya Mi, gue Cuma mau lo tahu bahwa akhirnya buat gue, karena  enggak pernah ada timing yang pas, gue harus bikin timing gue sendiri, lo taulah, dan sebagainya..dan seperti sekarang…sekarang gue harus bikin timing gue sendiri sebelum terlambat.. lo mau enggak..jadi istri gue?”

Aku lalu menanyakan satu alasan bagus kenapa dia mau menikahiku, “I Think I love you..I’ve always been, tapi terlalu tolol untuk sadar semuanya sampai kejadian di Malia”

Aku menunggu kelanjutan kalimatnya.

Beberapa detik.
Satu menit.

Aku berbalik dan menatapnya lama.

Dia mengabaikan aku , hampir SEPULUH TAHUN!

Aku meninggalkan dia, kali ini Nimo tidak mengejar.

BAB 8

“Raka, Nimo ngelamar gue?” ceritaku keesokan harinya saat aku menelepon.
“Oya, how come?” seperti biasa Raka selalu tenang dalam menghadapi masalah apapun.

Nimo terus mencoba meneleponku dan aku terus menekan tombol reject di hapeku, aku tidak ingin lagi berhubungan dengannya bahkan saat dia mengirimkanku buket bunga yang seketika memenuhi ruangan kamarku, akupun tidak peduli dan membuang semua bunga pemberiannya.

BAB 9

Beberapa hari setelah itu Nimo masih mencoba mengontak hp-ku dan juga mengirim sms. Dan pernah sekali ke rumah, tapi aku selalu berhasil menghindar. Hari ini aku akan datang ke rumah teman semasa SMA ku Maya untuk belajar memasak cheesecake kesukaan Raka, namun hari ini aneh. Beberapa tanda yang berhubungan dengan Nimo bermunculan, dimulai dengan keponakan Maya bernama Eka dan Uwi yang berkunjung ke rumah Maya dan ingin menonton film animasi Finding Nemo, dan stiker kecil di belakang mobil bertuliskan Geronimo FM Djogjakarta sampai kepada mimpi erotis ku dengan Nimo.

BAB 10

  Aku memutuskan untuk menemui Nimo kembali untuk menegaskan bahwa aku tidak ingin bertemu dengannya lagi . Aku ditemani Alin dan Yudhis, pacar barunya saat itu untuk menemuinya. Setelah semua itu selesai, aku pergi meninggalkan Nimo dengan ekspresi  yang sulit diartikan. Air mata menetes di pipiku.

BAB 11

Ini adalah bagian dari dalam diriku yang benar benar tidak aku mengerti. Aku merasa tidak semangat melakukan kegiatan apapun dan pikiranku terasa mengawang-ngawang.
“Lo tau enggak, lo keliatan lebih ngaco ketimbang dulu waktu lo putus dulu” komentas Alin.

BAB 12

Jakarta, 10 Mei 2004
Raka pulang tepat di hari ulang tahunku yang ke-26!
Aku rindu sekali padannya, kami lalu saling menceritakan pengalaman Raka saat bertugas di daerah konflik GAM di Aceh. Seminggu adalah acara lamaranku dengan Raka, aku tidak percaya hal ini akan terjadi dalam hidupku. Aku kemudian pamit kepada Raka yang menginap di rumahku karena ada beberapa hal yang harus aku lakukan di Barbietch. Dan Raka kemudian melanjutkan istirahatnya.

Beberapa saat kemudian aku pulang ke rumah dan kaget melihat Raka yang tidak ada di rumah. Kemana dia? Kenapa tidak mengabari jika ingin pergi. Tidak lama aku menerima pesan dari Alin bahwa dia melihat mobil Raka dan Nimo di supermarket Setrasari. Aku pun langsung pergi kesana dan terkejut melihat mereka berdua sudah terlibat perkelahian, aku memisahkan mereka berdua dan merasa sangat marah pada Nimo. Mau apa lagi dia mengganggu calon suamiku?
Akhirnya Nimo meninggalkan kami berdua dengan ekspresi yang sulit diartikan,

BAB 13

Malamnya aku menghampiri Raka yang sedang duduk diam melamun di gazebo seorang diri.

“Nimo bermaksud baik.. dia kepengen tahu seperti apa orang yang akan menikah dengan Rahmi nya..” Aku terperangah, tidak percaya mendengar Raka berkata seperti itu.

Setelah lama berdebat, Raka dengan idealism nya tentang cinta, bahwa dia Raka menginginkan aku untuk berpikir lagi tentang hubungan ini.

BAB 14

Raka pun kembali ke kehidupan nya menjadi seorang reporter di Jakarta dan tidak menghubungiku hampir 2 bulan. Aku kemudian berencana untuk menemui Raka di kantor nya di Jakarta ditemani Alin bermaksud untuk menanyakan kelanjutan hubunganku dengannya. Aku menunggu nya lama dan smsku pun tidak dibalasnya. Sampai aku melihatnya kembali ke kantor. Aku langsung mengajaknya berbicara.

“Keadaaannya sudah beda Mi..aku berubah, well.. aku baru mau ngabarin kamu, tapi kepastiannya baru aku dapat kemarin. Awal tahun depan aku bakal magang sambil sekolah lagi di UK. Dua tahun.. di London News Hilite”

Awal Januari berikutnya Raka jadi berangkat ke UK dan sempat berpamitan ke Bandung dengan keluargaku, kami memang masih dekat walaupun sudah tidak ada ikatan. Aku tahu ini saatnya betul-betul melepas satu sama lain.. dan membiarkan Tuhan yang mengatur semuanya untuk kami berua nantinya. Dua tahun lagi..

BAB 15

Bandung, awal  Maret 2005

Nimo menghampiriku disaat aku sedang berada di Barbietch an membawakan segala sesuati yang berhubungan dengaku, CD , buku, film dan semua hal yang menjadi favoritku. Dan aku, memberinya kesempatan kedua.
www.gunadarma.ac.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar