CINTAPUCCINO
Pengarang
: Icha Rahmanti
BAB
1
Bandung,
November 2003
“Teteh..Teteh..
The Ami!” , adikku Dina membangunkanku yang terdengar sangat mengganggu karena
kepalaku yang masih terasa berat karena kumpul keluarga yang dilakukan sampai
pukul 4 pagi tadi sambil bermain Kartu Monyet. Suatu ritual keluarga kami
bermain permainan itu saat lebaran atau untuk hari-hari besar keluarga lainnya
dan juga untuk simbol penerimaan untuk calon pendamping yang dikenalkan.
Ternyata telepon dari Raka yang menyebabkan Dina membangunkanku dengan begitu
semangatnya. Raka, seorang yang istimewa di hatiku sekarang, member kabar bahwa
dia tidak bisa mampir ke Bandung dan harus langsung bertugas ke Yogyakarta
sebagai seorang reporter. “Mi, aku mau ajak Ibu kenalan sama Mama Papa
kamu..terus keluarga kakakku juga”. Wow, it’s a huge step! Apa Raka mau..? aku
menggeleng-gelengkan kepala berusaha tidak berpikir macam-macam tentang huungan
yang baru berjalan 9 bulan ini.
Setelah
itu aku, Dina, Ua Iceu dan Mama berencana pergi ke Yamien Lela, tempat makan
favorit kami sekeluarga. Saat pulang Alin menyadari bahwa korek kesayangannya
tertinggal sehingga kami harus kembali lagi ke sana.
“Yang
ini ya….”
Dan
saat itu aku Cuma bisa terdiam dengan mata membelalak melihat Nimo yang bicara
alias Dimas Geronimo.
BAB
2
Pernah
terobsesi dengan seseorang? Sampai kamu rela masuk ke jurusan kuliah yang sama
bahkan masuk ke tempat kerja yang sama pula. Sampai hafal semua mantan pacarnya
lewat orang –orang yang mengenal dirinya? Aku pernah. Awalnya begini..
Bandung,
awal Agustus 1993
Awal
masuk SMA Ibu Pertiwi, ekskul Keamanan lah yang aku pilih diantara sekian
banyak pilihan.
“Nimo…
Geronimo, 2 Fis 5”
Karena
ada Nimo, sosok yang selama ini cuma aku khayalkan..ternyata benar-benar ada dan
berdiri tidak jauh dari bangkuku. Aku menyebut ini pertanda. Aku menemukan
Nimo-lu. So real and alive!
Untuk
masuk ke ekskul keamanan ini kami harus melewati 4 Diklat yang lumayan berat,
lecet dan luka-luka menjadi warna di diklat ini, namun aku semangat karena satu
hal yaitu Nimo. Dan saat Diklat ke IV yang juga merupakan pelantikan, aku
merasa sangat bangga dan senang karena merasa terlah berhasil melewati berbagai
tantangan dan merasa special karena saat itu aku berada di sebelah Nimo dengan
sinar rembulan dan bintang-bintang yang indah di Gunung Puntang.
Reta,
sebuah nama yang diketahui sebagai pacar Nimo yang terbaru tidak sengaja
bertemu denganku saat ingin mengambil LKS. Tas, sepatu, bau parfum dan mobil
merah Cherokee nya memang menunjukkan siapa Reta, tapi aku merasa jauh lebih
pantas jadi pacar Nimo!
BAB
3
Aku
kembali melihat kotak penyimpanan diari yang kusimpan rapi di kamar. Melihat
berbagai kegilaan ku terhadap Nimo dulu sejak SMA sampai awal kuliah dimana
selalu ada dia di dalam pikiranku sehingga aku sampai memutuskan untuk
berkuliah di kampus dan jurusan yang sama dengannya berharap kami akan bisa
bersama, namun tugas dan kehidupan kuliah kami yang sangat tidak berpihak
padaku dan Nimo. Di diari itu aku menuliskan biodata Nimo dengan lengkap sampai
kepada analisis SWOT ku untuk mendapatkan Nimo dan juga berbagai ‘kegilaan’ ku
yang lain seperti mengirimkan bunga diam-diam , bebrapa kali telepon ke rumah
Nimo namun menutupnya kembali saat diangkat dan berbagai ‘kegilaan’ lain.
Aku
tertidur dan bangun keesokan hari nya setelah melihat lihat kembali diary zaman
SMA ku dulu dan mengangkat telepon dari Raka. Setelah membereskan tempat tidur
dan diary yang berserakan, ada pesan masuk di handphone, jantungku nyaris copot
membacanya :
“Hi,
mi besok ada waktu? Bisa ketemu? Tq, Nimo”
BAB
4
“Aliinnn!”
aku panik memanggil Alin karena tidak tahu harus bagaimana dengan pesan yang
barusan ku terima itu.Alin, sepupuku yang sudah seperti soulmate buatku. Alin
menyarankan untuk segera membalas pesannya dan meminta sarannya berkali-kali
untuk membalas pesan dari Nimo-my obsession dengan tepat. Akhirnya aku
membalasnya dengan membuat janji bertemu di distro aku dan Alin bernama
barbietch yang kami buat setelah aku keluar dari perusahaan D’estain Company(DC),
perusahaan yang sama dengan Nimo bekerja sampai saat ini yang membuat nya
menjadi the best eligible bachelor : muda, kaya, tampan. Aku bertemu dengannya
dengan menjadi Rahmi yang tidak seperti dulu, aku hanya memikirkan bahwa
setelah pertemuan kali ini tidak akan ada pertemuan lagi dengan Nimo.
Esoknya,
keluarga Raka datang dengan formasi lengkap, Ibu, keluarga kakak nya dan juga
kedua keponakannya yang lucu. Aku senang kedatangan mereka terutama karena aku
bisa bertemu dengan Raka, aku sangat rindu padanya. Dan setelah itu , Raka
melamarku! Keluarga nya menjelaskan bahwa mereka mempunyai itikad baik untuk
melamarku.
Seketika
aku merasa senang dan ingi dengan segera
memberitahu Alin yang sedang berada di Jakarta tentang berita ini, lalu dengan semangat
mengangkat teleponku yang berdering, aku pikir itu Alin..
“…Rahmi…?”
Suara
itu.. itu suara Nimo
BAB
5
“Rahmi..
hallo, ini Nimo…”
Tanganku
terasa dingin, Nimo kemudian mengajak bertemu lagi.
“Apa
kabar Mi? Anything news from you?”
Aku
baru saja dilamar, Mo! Itu jawabku dalam hati. Kenapa pada saat malam aku
dilamar.
Keluarga
Raka pamit pulang sehingga aku menutup telepon dari Nimo dan sehabis maghrib aku
menjemput Alin yang baru pulang dari Jakarta di stasiun, dan dalam hitungan
detik aku mengenali sosoknya. Dan beberapa detik tersadar bahwa ternyata Ali
nada di sebelahnya, Nimo…
BAB
6
“Bilang
ini bukan pertanda, tapi sekarang.. kita bakalan dateng ke kawinan temen gue
sama Nimo, thanks to you. Dan pas banget kalau Raka ternyata harus balik ke
Jakarta mendadak! What a coincidence, isn’t it?”
Malam
itu aku harus hadir ke acara kawinan temanku dengan Nimo dan Alin di Malia. Tempat
yang indah dengan dekorasi yang pas dan aku merasa memakai baju yang membuatku
merasa cantik. Setelah aku mendapat kesempatan untuk dapat berbicara berdua
dengan Nimo dan aku memberanikan diri bertanya padanya setelah sekian lama “Kenapa
lo kontak gue? Kenapa sekarang?” Nimo mengangkat bahu , diam beberapa saat
mencoba berpikir “Perfect timing?”. Aku diam dan mood ku berubah 180 derajat
dan akhirnya amarahku meledak malam itu juga dan aku membeberkan semua nya
kepada Nimo bahwa aku terobsesi dengannya selama bertahun-tahun dan bahkan
tidak pernah mendapat tanggapan sama sekali. Raut wajah Nimo menyiratkan
kebingungan, aku tidak peduli, aku sudah sangat marah dengan semua ini. Butuh sepuluh
tahun untuk akhirnya sadar bahwa Tuhan memberikanku seseorang yang jauh lebih
baik untukku : Danang Raka Soediro.
BAB
7
Balikpapan,
awal Januari 2003
Hampir
2 tahun aku bekerja di Balikpapan. Dan buatku rasanya seperti bertahun-tahun
lebih lama. Seingatku aku melamar ke D’estain Compagnie (DC) sebuah service
company yang bergerak di industry perminyakan dunia karena lulusan dari
jurusanku memang sangat berminat bekerja di bidang tersebut, dan disitu ada
Nimo. Di masa masa jenuh bekerjaku, bertemu lah aku dengan Raka, seorang
reporter yang saat itu bertugas mewawancarai perusahaan tempat aku bekerja itu.
Dan saat waktu istirahat, aku pun berkesempatan untuk mengornol bersama Raka
yang saat itu aku menilai sangat ramah dan pintar. Dan tiba-tiba ide gila pun
muncul saat Raka menceritakan rencana pulang nya ke Jakarta. Iya, aku akan ikut
dengannya ke Jakarta dan keluar dari pekerjaan membosankan ini. Aku kemudian
membuat alasan bahwa aku harus meneruskan bisnis keluarga kepada perusahaan.
Dan inilah aku sekarang, tinggal sementara di Jakarta dengan ditemani Alin
sambil memikirkan hal apa yang akan kami lakukan selanjutnya, aku memutuskan
untuk tidak pulang ke rumahku dulu di Bandung sampai keadaan tenang, karena aku
yakin orangtua ku tidak akan setuju aku keluar dari DC.Sudah lama aku tidak
mengontak Raka setelah dia yang membantuku kabur ke Jakarta karena nomor
kontaknya secara tiba-tiba tidak dpat dihhubungi, secara tidak sengaja aku
bertemu dengan nya lagi di daerah Blok M dan sejak saat itu kami semakin dekat.
Aku
dan Alin dibantu saran dari Raka pula lah aku memberanikan diri untuk membuka
distro Barbietch dimana aku sadar aku sangat menyukai berwirausaha.
Nimo
menghampiriku di Barbietch dan mengajakku untuk berbicara tentang kejadian di
acara kawinan temanku kemarin di Malia. Aku pun akhirnya mengajak ke Toko Yu,
dan kejadian mengangetkan terjadi
“Intinya
Mi, gue Cuma mau lo tahu bahwa akhirnya buat gue, karena enggak pernah ada timing yang pas, gue harus
bikin timing gue sendiri, lo taulah, dan sebagainya..dan seperti sekarang…sekarang
gue harus bikin timing gue sendiri sebelum terlambat.. lo mau enggak..jadi
istri gue?”
Aku
lalu menanyakan satu alasan bagus kenapa dia mau menikahiku, “I Think I love
you..I’ve always been, tapi terlalu tolol untuk sadar semuanya sampai kejadian
di Malia”
Aku
menunggu kelanjutan kalimatnya.
Beberapa
detik.
Satu
menit.
Aku
berbalik dan menatapnya lama.
Dia
mengabaikan aku , hampir SEPULUH TAHUN!
Aku
meninggalkan dia, kali ini Nimo tidak mengejar.
BAB
8
“Raka,
Nimo ngelamar gue?” ceritaku keesokan harinya saat aku menelepon.
“Oya,
how come?” seperti biasa Raka selalu tenang dalam menghadapi masalah apapun.
Nimo
terus mencoba meneleponku dan aku terus menekan tombol reject di hapeku, aku
tidak ingin lagi berhubungan dengannya bahkan saat dia mengirimkanku buket
bunga yang seketika memenuhi ruangan kamarku, akupun tidak peduli dan membuang
semua bunga pemberiannya.
BAB
9
Beberapa
hari setelah itu Nimo masih mencoba mengontak hp-ku dan juga mengirim sms. Dan pernah
sekali ke rumah, tapi aku selalu berhasil menghindar. Hari ini aku akan datang
ke rumah teman semasa SMA ku Maya untuk belajar memasak cheesecake kesukaan
Raka, namun hari ini aneh. Beberapa tanda yang berhubungan dengan Nimo
bermunculan, dimulai dengan keponakan Maya bernama Eka dan Uwi yang berkunjung
ke rumah Maya dan ingin menonton film animasi Finding Nemo, dan stiker kecil di
belakang mobil bertuliskan Geronimo FM Djogjakarta sampai kepada mimpi erotis
ku dengan Nimo.
BAB
10
Aku
memutuskan untuk menemui Nimo kembali untuk menegaskan bahwa aku tidak ingin
bertemu dengannya lagi . Aku ditemani Alin dan Yudhis, pacar barunya saat itu
untuk menemuinya. Setelah semua itu selesai, aku pergi meninggalkan Nimo dengan
ekspresi yang sulit diartikan. Air mata
menetes di pipiku.
BAB
11
Ini
adalah bagian dari dalam diriku yang benar benar tidak aku mengerti. Aku merasa
tidak semangat melakukan kegiatan apapun dan pikiranku terasa mengawang-ngawang.
“Lo
tau enggak, lo keliatan lebih ngaco ketimbang dulu waktu lo putus dulu”
komentas Alin.
BAB
12
Jakarta,
10 Mei 2004
Raka
pulang tepat di hari ulang tahunku yang ke-26!
Aku
rindu sekali padannya, kami lalu saling menceritakan pengalaman Raka saat
bertugas di daerah konflik GAM di Aceh. Seminggu adalah acara lamaranku dengan
Raka, aku tidak percaya hal ini akan terjadi dalam hidupku. Aku kemudian pamit
kepada Raka yang menginap di rumahku karena ada beberapa hal yang harus aku
lakukan di Barbietch. Dan Raka kemudian melanjutkan istirahatnya.
Beberapa
saat kemudian aku pulang ke rumah dan kaget melihat Raka yang tidak ada di
rumah. Kemana dia? Kenapa tidak mengabari jika ingin pergi. Tidak lama aku
menerima pesan dari Alin bahwa dia melihat mobil Raka dan Nimo di supermarket
Setrasari. Aku pun langsung pergi kesana dan terkejut melihat mereka berdua
sudah terlibat perkelahian, aku memisahkan mereka berdua dan merasa sangat
marah pada Nimo. Mau apa lagi dia mengganggu calon suamiku?
Akhirnya
Nimo meninggalkan kami berdua dengan ekspresi yang sulit diartikan,
BAB
13
Malamnya
aku menghampiri Raka yang sedang duduk diam melamun di gazebo seorang diri.
“Nimo
bermaksud baik.. dia kepengen tahu seperti apa orang yang akan menikah dengan
Rahmi nya..” Aku terperangah, tidak percaya mendengar Raka berkata seperti itu.
Setelah
lama berdebat, Raka dengan idealism nya tentang cinta, bahwa dia Raka
menginginkan aku untuk berpikir lagi tentang hubungan ini.
BAB
14
Raka
pun kembali ke kehidupan nya menjadi seorang reporter di Jakarta dan tidak
menghubungiku hampir 2 bulan. Aku kemudian berencana untuk menemui Raka di
kantor nya di Jakarta ditemani Alin bermaksud untuk menanyakan kelanjutan
hubunganku dengannya. Aku menunggu nya lama dan smsku pun tidak dibalasnya.
Sampai aku melihatnya kembali ke kantor. Aku langsung mengajaknya berbicara.
“Keadaaannya
sudah beda Mi..aku berubah, well.. aku baru mau ngabarin kamu, tapi
kepastiannya baru aku dapat kemarin. Awal tahun depan aku bakal magang sambil
sekolah lagi di UK. Dua tahun.. di London News Hilite”
Awal
Januari berikutnya Raka jadi berangkat ke UK dan sempat berpamitan ke Bandung
dengan keluargaku, kami memang masih dekat walaupun sudah tidak ada ikatan. Aku
tahu ini saatnya betul-betul melepas satu sama lain.. dan membiarkan Tuhan yang
mengatur semuanya untuk kami berua nantinya. Dua tahun lagi..
BAB
15
Bandung,
awal Maret 2005
Nimo
menghampiriku disaat aku sedang berada di Barbietch an membawakan segala
sesuati yang berhubungan dengaku, CD , buku, film dan semua hal yang menjadi
favoritku. Dan aku, memberinya kesempatan kedua.
www.gunadarma.ac.id |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar