Jumat, 15 November 2013

Pembelajaran Konsumen



Pengertian Pembelajaran Menurut Para Ahli
  1. Warsita (2008:85) “Pembelajaran adalah suatu usaha untuk membuat peserta didik belajar atau suatu kegiatan untuk membelajarkan peserta didik”.
  2. UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Pasal 1 Ayat 20 “Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”.
  3. Sudjana (2004:28) “Pembelajaran dapat diartikan sebagai setiap upaya yang sistematik dan sengaja untuk menciptakan agar terjadi kegiatan interaksi edukatif antara dua pihak, yaitu antara peserta didik (warga belajar) dan pendidik (sumber belajar) yang melakukan kegiatan membelajarkan”.
  4. Corey (1986:195) “Pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respons terhadap situasi tertentu, pembelajaran merupakan subset khusus dari pendidikan”.
  5. Dimyati dan Mudjiono (1999:297) “Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar”.
  6. Trianto (2010:17) “Pembelajaran merupakan aspek kegiatan manusia yang kompleks, yang tidak sepenuhnya dapat dijelaskan”. Pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai produk interaksi berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman hidup. Pembelajaran dalam makna kompleks adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarhkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam rangkan mencapai tujuan yang diharapkan.
Teori- Teori Pembelajaran
1. Teori Belajar Humanistik

Abraham Maslow dan Carl Rogers termasuk kedalam tokoh kunci humanisme. Tujuan utama dari humanisme dapat dijabarkan sebagai perkembangan dari aktualisasi diri manusia automomous. Dalam humanisme, belajar adalah proses yang berpusat pada pelajar dan dipersonalisasikan, dan peran pendidik adalah sebagai seorang fasilitator.
Afeksi dan kebutuhan kognitif adalah kuncinya, dan goalnya adalah untuk membangun manusia yang dapat mengaktualisasikan diri dalam lingkungan yang kooperatif dan suportif. Dijelaskan juga bahwa pada hakekatnya setiap manusia adalah unik, memiliki potensi individual dan dorongan internal untuk berkembang dan menentukan perilakunya. Kerana itu dalam kaitannya maka setiap diri manusia adalah bebas dan memiliki kecenderungan untuk tumbuh dan berkembang mencapai aktualisasi diri.
2.Teori Belajar Behavioristik
Menurut teori behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu apabila ia mampu menunjukkan perubahan tingkah laku. Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon.
3.Teori pembelajaran Sosial
Teori Perilaku (Bandura)
Konsep motivasi belajar berkaitan erat dengan prinsip bahwa perilaku yang memperoleh penguatan(reinforcement) di masa lalu lebih memiliki kemungkinan diulang dibandingkan dengan perilaku yang tidak memperoleh penguatan atau perilaku yang terkena hukuman (punishment). Dalam kenyataannya, daripada membahas konsep motivasi belajar, penganut teori perilaku lebih memfokuskan pada seberapa jauh siswatelah belajar untuk mengerjakan pekerjaan sekolah dalam rangka mendapatkan hasil yang diinginkan (Bandura, 1986 dan Wielkeiwicks, 1995).
4. Teori Belajar Kognitif
AUSUBEL : TEORI BELAJAR BERMAKNA
Ausubel berpendapat bahwa guru harus dapat mengembangkan potensi kognitif siswa melalui proses belajar yang bermakna. Sama seperti Bruner dan Gagne, Ausubel beranggapan bahwa aktivitas belajar siswa, terutama mereka yang berada di tingkat pendidikan dasar- akan bermanfaat kalau mereka banyak dilibatkan dalam kegiatan langsung. Namun untuk siswa pada tingkat pendidikan lebih tinggi, maka kegiatan langsung akan menyita banyak waktu. Untuk mereka, menurut Ausubel, lebih efektif kalau guru menggunakan penjelasan, peta konsep, demonstrasi, diagram, dan ilustrasi.

Menyampaikan menggambarkan pemikiran dengan menggunakan contoh merupakan langkah yang sering dilakukan untuk memperkuat sebuah pernyataan, memang sedikit komentar masih tetap dibutuhkan. Meski demikian, adalah sangat baik ketika menyampaikan/mengemukakan suatu pemikiran digambarkan dengan contoh-contoh yang bervariasi dalam sebuah kegiatan pembelajaran. Sama halnya untuk membedakan pengambilan contoh dari sekedar pernyataan anekdotal yang sering dibuat oleh para siswa.
Sebuah contoh seringkali berbentuk ilustrasi (gambaran). Ia merupakan penggambaran nyata tentang teori umum atau merupakan cara untuk memperjelas sebuah konsep. Ketika kita menjelaskan materi tentang “iconic architecture”, maka Gedung Opera di Sydney atau Menara Eifel juga Monumen Nasional, dapat dijadikan sebagi contoh nyata tentang materi tersebut. Cara ini setidaknya akan memberikan kejelasan terhadap konsep materi yang disampaikan. Ketika ada suatu istilah yang kurang jelas dalam sebuah proses diskusi siswa, maka alangkah baiknya guru untuk menanyakannya kepada siswa apa itu, setelah guru memberikan contoh nyata tentang kosep tersebut.
Sekali lagi, ketika seorang guru yang menjelaskan tentang materi “iconic architecture” dengan pembahasan bahwa arsitektur tersebut sangat lekat dengan sejarah bangsa, maka guru dapat menggambarkannya dengan memberikan contoh “monumen nasional” jakarta. Ketika yang dibicarakan bahwa arsitektur tersebut merupakan arsitektur warisan penjajah, misalnya, maka dapat mencontohkannya dengan bangunan “Gedung Merdeka” atau bangunan lainnya. Demikianlah, pemberian contoh akan mampu siswa untuk memahami materi yang bersifat teoritis.
Meski memang sebuah ilustrasi membantu membuat siswa lebih memahami materi yang bersifat konseptual, namun yang harus diperhatikan oleh guru kehati-hatian ketika mengambil/membuat sebuah ilustrasi contoh. Karena bisa jadi ilustrasi yang dibuat guru tidak memberikan kejelasn apapun bagi siswa, atau bahkan terlalu banyak contoh membuat siswa menjadi kebingungan.
Sebuah Ilustrasi atau contoh yang digambarkan oleh guru harus merupakan contoh yang memang dikenal/akrab dengan siswa. Jika tidak, salah-salah contoh yang diilustrasikan bukan menambah kejelasan, melainkan menambah kebingungan. Misalnya ketika guru menjelaskan tentang bangunan-bangunan purbakala dengan mencontohkan bangunan yang kurang terkenal, maka akan berimbas bahwa siswa tidak mampu membayangkan seperti apa itu? Berbeda ketika yang dicontohkan adalah “candi borobudur”, misalnya.

Relevansi Pengaruh Perilaku dan Cognitive Learning pada Pemasaran 

Pendekatan perilaku mungkin akan sangat cocok untuk kondisi yang aktivitas kognitifnya (pengenalan masalah, pencarian informasi yang ekstensif, evaluasi alternatif, mengambil keputusan dan mengevaluais keputusan pembelian) adalah minimal. Pendekatan perilaku akan cocok untuk konsumen yang tidak begitu terlibat dalam pembelian produk. Mungkin mereka akan merasa membuang-buang waktu untuk mencari infomasi yang berhubungan dengan pembelian pasta gigi, sabun mandi, dan lain-lain.
Teori pembelajaran kognitif lebih relevan untuk produk yang penting dan memerlukan keterlibatan tinggi.
Cognitive learning menekankan pada proses berpikir dalam pembelajaran konsumen, sementara itu classical conditioning menekankan pada hasil yang didasarkan pada asosiasi stimulus.

Faktor Yang Mendorong Loyalitas Konsumen

            Menurut Sunu (1999:128) faktor-faktor yang mendorong/mempengaruhi loyalitas konsumen terhadap suatu produk atau jasa adalah sebagai berikut:
1.        Mutu Produk
Produk yang memenuhi spesifikasi/standar/persyaratan konsumen.
2.        Harga yang bersaing
Dengan efisiensi (baik diproduksi maupun maupun di manajemen) dapat menetapkan harga yang wajar dan kompetitif.
3.        Pelayanan dan informasai yang maksimal
Memberikan pelayanan dan informasi yang di butuhkan konsumen secara penuh.
4.        Citra perusahaan
Gambaran informasi tentang citra perusahaan dijaga dengan baik.
5.        Produk baru dan semakin baru (research dan development)
Penyajian produk yang mengikuti perkembangan dengan didukung oleh personel andal dan sarana research dan development yang memadai.
6.        Kebutuhan mendadak bisa dipenuhi konsumen
Persiapan persediaan yang cukup dengan didukung oleh sarana dan personel yang selalu siap untuk mengantisipasi permintaan mendadak dari konsumen.

Pembelajaran Vicarious

Adalah ide yang sederhana yang mengacu kepada seseorang merubah perilakunya karena mereka mengamati perilaku orang lain serta konsekuensi yang diterimanya.

Kegiatan utama pemodelan dalam pemasaran:
1.       Pemodelan membantu orang yang mengamati, memiliki satu atau lebih pola tanggapan baru yang sebelumnya belum ada dalam daftar perilaku mereka.
2.       Pemodelan digunakan untuk menurunkan atau menghambat perilaku yang tidak diinginkan.
3.       Terdapat fasilitas tanggapan, dimana perilaku orang lain semata hanya berfungsi sebagai ransangan pembeda bagi pengamat dalam memfasilitasi kemunculan tanggapan yang telah dipelajari sebelumnya


Sumber:
Rusman. (2012). Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer Mengembangkan Profesionalisme Guru Abad 21. Bandung: Alfabeta
Sagala, Syaiful. (2010). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta
Trianto. (2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana

 
www.gunadarma.ac.id


Tidak ada komentar:

Posting Komentar