A.
Tujuan Karya Ilmiah
Penulisan Ilmiah adalah laporan tertulis dan diterbitkan
yang memaparkan hasil penelitian atau pengkajian yang telah dilakukan oleh
seseorang atau sebuah tim dengan memenuhi kaidah dan etika keilmuan yang
dikukuhkan dan ditaati oleh masyarakat keilmuan
1.
Sebagai wahana melatih mengungkapkan pemikiran atau hasil
penelitiannya dalam bentuk tulisan ilmiah yang sistematis dan metodologis
2.
Menumbuhkan etos ilmiah di kalangan mahasiswa, sehingga
tidak hanya menjadi konsumen ilmu pengetahuan, tetapi juga mampu menjadi
penghasil (produsen) pemikiran dan karya tulis dalam bidang ilmu pengetahuan,
terutama setelah penyelesaian studinya
3.
Karya ilmiah yang telah ditulis itu diharapkan menjadi
wahana transformasi pengetahuan antara sekolah dengan masyarakat, atau
orang-orang yang berminat membacanya
4.
Membuktikan potensi dan wawasan ilmiah yang dimiliki
mahasiswa dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah dalam bentuk karya ilmiah
setelah yang bersangkutan memperoleh pengetahuan dan pendidikan dari jurusannya
B.
Manfaat Karya Ilmiah
1.
Melatih untuk mengembangkan keterampilan membaca yang
efektif
2.
Melatih untuk menggabungkan hasil bacaan dari berbagai
sumber
3.
Mengenalkan dengan kegiatan kepustakaan
4.
Meningkatkan pengorganisasian fakta/data secara jelas dan
sistematis
5.
Memperoleh kepuasan intelektual
6.
Memperluas cakrawala ilmu pengetahuan
7.
Sebagai bahan acuan/penelitian pendahuluan untuk
penelitian selanjutnya
C.
Ciri Karya Ilmiah
Ciri-ciri sebuah karya
ilmiah dapat dikaji dari minimal empat aspek, yaitu struktur sajian, komponen
dan substansi, sikap penulis, serta penggunaan bahasa. Struktur sajian karya
ilmiah sangat ketat, biasanya terdiri dari bagian awal (pendahuluan), bagian
inti (pokok pembahasan), dan bagian penutup.
Bagian awal merupakan
pengantar ke bagian inti, sedangkan inti merupakan sajian gagasan pokok yang
ingin disampaikan yang dapat terdiri dari beberapa bab atau subtopik. Bagian
penutup merupakan simpulan pokok pembahasan serta rekomendasi penulis tentang
tindak lanjut gagasan tersebut.
Cara penulisan karya ilmiah berikut ini akan dibagi
menjadi beberapa bagian, sebagai berikut
a.
tahap persiapan
b.
tahap pengumpulan informasi
c.
tahap penulisan karya ilmiah itu
d.
tahap evaluasi
D. Hubungan Menulis Karya
Ilmiah dengan Penalaran
Karya
tulis ilmiah adalah tulisan yang didasari oleh pengamatan, peninjauan atau
penelitian dalam bidang tertentu, disusun menurut metode tertentu dengan
sistematika penulisan yang bersantun bahasa dan isinya dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Atas dasar itu, sebuah karya tulis ilmiah harus memenuhi
tiga syarat:
1. Isi kajiannya berada pada lingkup pengetahuan ilmiah
2. Langkah pengerjaannya dijiwai atau menggunakan metode
ilmiah
3. Sosok tampilannya sesuai da telah memenuhi persyaratan
sebagai suatu sosok tulisan keilmuan.
Dari pengertian tersebut dapat diketahui bahwa penalaran
menjadi bagian penting dalam proses melahirkan sebuah karya ilmiah. Penalaran
dimaksud adalah penalaran logis yang mengesampingkan unsur emosi, sentimen
pribadi atau sentimen kelompok. Oleh karena itu, dalam menyusun karya ilmiah
metode berpikir keilmuan yang menggabungkan cara berpikir/penalaran induktif
dan deduktif, sama sekali tidak dapat ditinggalkan.
Metode berpikir keilmuan sendiri
selalu ditandai dengan adanya:
1. Argumentasi teoritik yang benar,
sahih dan relevan
2. Dukungan fakta empirik
3. Analisis kajia yang
mempertautkan antara argumentasi teoritik dengan fakta empirik terhadap
permasalahan yang dikaji.
E. Salah Nalar, Pengertian
dan Macamnya
Salah nalar
(reasioning atau logical fallacy) adalah kekeliruan dalam proses berpikir
karena keliru menafsirkan atau menarik kesimpulan. Kekeliruan ini dapat terjadi
karena faktor emosional, kecerobohan atau ketidaktahuan.
Contoh sederhana:
Seseorang mengatakan, ”Di sekolah, Bahasa Indonesia
merupakan mata pelajaran yang terpenting. Tanpa menguasai Bahasa Indonesia
seorang siswa tidak mungkin dapat memahami mata pelajaran lainnya dengan baik.”
Pernyataan tersebut tidaklah tepat. Bahwa Bahasa Indonesia
merupakan mata pelajaran penting, memang benar. Tetapi kalau dikatakan
terpenting, tampaknya perlu dipertanyakan.
Salah tafsir dapat terjadi karena kekeliruan induktif,
deduktif, penafsiran relevansi dan peggunaan otoritas yang berlebihan.
Salah nalar dapat dibedakan atas 4 (empat) macam:
1. Generalisasi yang terlalu luas
Salah nalar
ini terjadi karena kurangnya data yang dijadikan dasar generalisasi, sikap
menggampangkan, malas mengumpulkan dan menguji data secara memadai, atau ingin
segera meyakinkan orang lain dengan bahan yag terbatas. Paling tidak ada dua
kesalahan generalisasi yang muncul:
a. Generalisasi sepintas (Hasty or sweeping
generalization)
Kesalahan terjadi karena penulis membuat generalisasi
berdasarkan data atau evidensi yang sangat sedikit.
Contoh: Semua anak yang jenius akan sukses dalam belajar.
Pernyataan tersebut tidaklah benar, karena kejeniusan atau
tingkat intelegensi yang tinggi bukan satu-satunya faktor penentu kesuksesan
belajar anak. Karena masih banyak faktor penentu lain yang teribat seperti:
motivasi belajar, sarana prasarana belajar, keadaan lingkungan belajar, dan
sebagainya.
b. Generalisasi apriori
Salah nalar ini terjadi ketika seorang penulis melakukan
generalisasi atas gejala atau peristiwa yang belum diuji kebenaran atau
kesalahannya. Kesalahan corak penalaran ini sering ditimbulkan oleh prasangka.
Karena suatu anggota dari suatu suatu kelompok, keluarga, ras atau suku, agama,
negara, organisasi, dan pekerjaan atau profesi, melakukan satu atau beberapa
kesalahan, maka semua anggota kelompok itu disimpulkan sama.
Contoh: Semua pejabat pemerintah korup; Para remaja sekarang
rusak moralnya; Zaman sekarang, tidak ada orang berbuat tanpa pamrih; dan
sebagainya.
2. Kerancuan analogi
Kerancuan
analogi disebabkan karena penggunaan analogi yang tidak tepat. Dua hal yang
diperbandingkan tidak memiliki kesamaan esensial (pokok).
Contoh:
”Negara adalah kapal yang berlayar menuju tanah harapan.
Jika nahkoda setiap kali harus meminta anak buahnya dalam menentukan arah
berlayar, maka kapal itu tidak akan kunjung sampai. Karena itu demokrasi
pemerintahan tidak diperlukan, karena menghambat.”
3. Kekeliruan
kasualitas (sebab akibat)
Kekeliruan
kasualitas terjadi karena kekeliruan menentukan sebab.
Contoh:
a. Saya tidak bisa berenang, karena tidak ada satupun
keluarga saya yang dapat berenang.
b. Saya tidak dapat mengerjakan ujian karena lupa tidak
sarapan
4. Kesalahan
relevansi
Kesalahan relevansi akan terjadi apabila bukti yang
diajukan tidak berhubungan atau tidak menunjang sebuah kesimpulan. Corak
kesalahan ini dapat dirinci menjadi 3 (tiga) macam:
a. Pengabaian persoalan (ignoring the question)
Contoh:
Korupsi di Indonesia tidak bisa diberantas, karena
pemerintah tidak memiliki undang-undang khusus tentang hal itu.
b. Penyembunyian persoalan (biding the question)
Contoh:
Tidak ada jalan lain untuk memberantas korupsi kecuali
pemerintah menaikkan gaji pegawai negeri.
c. Kurang memahami persoalan
Salah nalar ini terjadi karena penulis mengemukakan
pendapat tanpa memahami persoalan yang dihadapi dengan baik. Sehingga pendapat
yang disampaikan tidak mengena atau berputar-putar dan tidak menjawab secara
benar atau persoalan yang terjadi.
5. Penyandaran terhadap prestise seseorang
Salah nalar disini terjadi karena penulis menyandarkan
pada pendapat seseorang yang hanya karena orang tersebut terkenal atau sebagai
tokoh masyarakat namun bukan ahlinya.
Agar tidak terjadi salah nalar karena faktor penyebab ini,
maka perlu di patuhi rambu-rambu sebagai berikut:
a. Orang itu diakui keahliannya oleh orang lain
b. Pernyataan yang dibuat berkenaan dengan keahliannya,
dan relevan dengan persoalan yang dibahas.
c. Hasil pemikirannya dapat diuji kebenarannya
Hal tersebut mengindikasikan kita sebagai penulis tidak
boleh asal mengutip semata-mata karena orang tersebut merupakan orang
terpandang, terkenal atau kaya raya dan baik status sosial ekonominya.
Sumber :
www.gunadarma.ac.id |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar