Apa yang ada di benak anda
jika mendengar kata nalar atau penalaran? Mungkin akan muncul kata-kata
yang berhubungan dengan pemkiran.
Menurut Kamus Lengkap
Bahasa Indonesia, penalaran yang
mempunyai kata dasar nalar yang
berarti akal pikiran, akal budi, pertimbangan tentang sesuatu yang baik dan
buruk, kekuatan atau jangkauan berpikir, hal berpikir logis. Sedangkan
penalaran berarti cara berpikir dengan didasari logika atau berpikir secara
logis.
Berdasarkan sumber lain, penalaran juga dapat berarti proses berpikir yang sistematik untuk
memperoleh kesimpulan berupa pengetahuan. Kegiatan penalaran mungkin bersifat
ilmiah atau tidak ilmiah.
Serta penalaran juga
mempunyai pengertian proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera(pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep
dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi – proposisi
yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap
benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui.
Proses inilah yang disebut menalar.
Penalaran mempunyai ciri-ciri :
1. Adanya
suatu pola berpikir yang luas dapat disebut logika (penalaran merupakan suatu
proses berpikir logis).
2. Sifat analitik dari proses berpikir.
Analisis pada hakikatnya merupakan suatu kegiatan berpikir berdasarkan
langkah-langkah tertentu. Perasaan intuisi merupakan cara berpikir secara
analitik.
Dari prosesnya, penalaran dapat dibedakan sebagai penalaran
induktif dan deduktif. Penalaran ilmiah mencakup kedua proses penalaran itu. Berikut
pembahasan kedua proses dari penalaran :
A.
Penalaran Induktif
Penalaran
induktif adalah cara berpikir
dengan menarik kesimpulan umum dari pengamatan atas gejala-gejala yang bersifat
khusus. Misalnya pada pengamatan atas logam besi, alumunium, tembaga
dan sebagainya. Jika dipanasi ternyata menunjukkan bertambah panjang. Dari sini
dapat disimpulkan secara umum bahwa logam jika dipanaskan akan bertambah
panjang. Biasanya penalaran induktif ini disusun berdasarkan pengetahuan yang
dianut oleh penganut empirisme.
Contoh :
1.
kerbau punya
mata. anjing punya mata. kucing punya mata:. setiap hewan punya mata penalaran
induktif membutuhkan banyak sampel untuk mempertinggi tingkat ketelitian premis
yang diangkat. untuk itu penalaran induktif erat dengan pengumpulan data dan
statistik.
2.
Harimau berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan
3.
Ikan Paus berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan
kesimpulan ---> Semua hewan yang berdaun
telinga berkembang biak dengan melahirkan
Penalaran Induktif terbagi 3 macam,yaitu:
a.
Generalisasi
Pada
generalisasi tersebut,peristiwa yang kita kemukakan harus memadai agar yang
kita tarik adalah kesimpulan yang terpercaya suatu kebenarannya. Generalisasi
mencakup ciri-ciri esensial, bukan rincian. Dalam pengembangan karangan,
generalisasi dibuktikan dengan fakta.Generalisasi adalah suatu proses penalaran
yang bertolak dari sejumlah fenomena individual menuju kesimpulan umum yang
mengikat seluruh fenomena sejenis dengan fenomena individual yang diselidiki. (
Mundiri, 1994 : 127 )
Menurut Gorys
Keraf dalam buku Argumentasi dan Narasi, Generalisasi adalah suatu proses
penalaran yang bertolak dari sejumlah fenomena individual untuk menurunkan
suatu inferensi yang bersifat umum yang mencakup semua fenomena tadi. ( Gorys
Keraf, 1994 : 43 )
1.Generalisasi Sempurna adalah
generalisasi dimana seluruh fenomena yang menjadi dasar penyimpulan diselidiki
semua, contoh. Semua bulan masehi mempunyai hari tidak lebih dari 31 hari.
Dalam penyimpulan ini, keseluruhan fenomena, yaitu jumlah hari pada setiap
bulan dalam satu tahun diselidiki tanpa ada yang ditinggalkan. Generalisasi
semacam ini, memberikan kesimpulan yang sangat kuat dan tidak dapat dipatahkan
tetapi prosesnya tidak praktis dan tidak ekonomis.
2. Generalisasi Sebagian, yaitu
generalisasi dimana kesimpulannya diambil berdasarkan sebagian fenomena yang
kesimpulanya berlaku juga bagi fenomena sejenis yang belum diselidiki,
misalnya. Setelah kita menyelidiki sebagian bangsa Indonesia adalah menusia
yang suka bergotong-royong kemudian diambil kesimpulan bahwa bangsa Indonesia
adalah bangsa yang suka bergotong-royong, maka penyimpulan ini adalah
generalisasi sebagian (probabilitas).
Generalisasi juga bisa dibedakan dari segi bentuknya ada 2, yaitu :
loncatan induktif dan yang bukan loncatan induktif. (Gorys Keraf, 1994 : 44-45)
1. Loncatan Induktif Generalisasi yang bersifat
loncatan induktif tetap bertolak dari beberapa fakta, namun fakta yang
digunakan belum mencerminkan seluruh fenomena yang ada. Fakta-fakta tersebut
atau proposisi yang digunakan itu kemudian dianggap sudah mewakili seluruh
persoalan yang diajukan. Contoh : Sisa suka berenang.Deni juga suka
berenang.Reni suka main bola.Teti suka main bulutangkis.Dapat disimpulkan bahwa
anak-anak komplek bahari suka olahraga.
2. Tanpa Loncatan Induktif Sebuah
generalisasi bila fakta-fakta yang diberikan cukup banyak dan menyakinkan,
sehingga tidak terdapat peluang untuk menyerang kembali. Misalnya, untuk
menyelidiki bagaimana sifat-sifat orang Indonesia pada umumnya, diperlukan
ratusan fenomena untuk menyimpulkannya. Contoh: Rika suka bermain bola basket.Rino juga suka bermain
bola basket.Tino suka bermain sepak bola.Jadi dapat disimpulkan ke tiga anak
tersebut menyukai permainan bola.
b.
Analogi
Dalam analogi, kita membandingkan dua macam hal.Dalam penalaran ini kita hanya memperhatikan persamaannya, tanpa memperhatikan perbedaannya.
Jadi,kesimpulan yang didapat didasarkan pada persamaan diantara
dua hal yang berbeda.proses penalaran untuk menarik kesimpulan/referensi
tentang kebenaran suatu gejala khusus berdasarkan kebenaran suatu gejala khusus
lain yang memiliki sifat-sifat esensial penting yang bersamaan.
Tujuan dari
penalaran secara analogi yakni ;
~ Analogi
dilakukan untuk meramalkan kesamaan.
~ Analogi
dilakukan untuk menyingkap kekeliruan.
~ Analogi
dilakukan untuk menyusun klasifikasi.
Contoh:
Alam semesta
berjalan dengan sangat teratur seperti halnya mesin.Matahari,bumi,bulan dan
bintang berjuta jumlahnya beredar dengan teratur,seperti halnnya roda mesin
yang rumit berputar.Semua bergerak mengikuti irama tertentu.Mesin rumit pada
penciptanya yaitu manusia.Manusia yang pandai,teliti,bijaksana.Tidakkah alam
yang maha besar dan beredar rapi sepanjang masa inni tidak pula ada
penciptanya?Pencipta yang Maha Pandai,Maha Teliti,dan Maha Agung?
c.
Kausal
Hubungan kausal adalah penalaran yang diperoleh dari gejala-gejala
yang saling berhubungan.Dengan menghubungkan fakta yang satu dengan fakta yang
lainnya.ampai pada kesimpulan yang menjadi sebab dari fakta itu.atau dpat juga
kita sampai pada akibat dari fakta itu.
Dalam kaitannya dengan hubungan kausal ini,
tiga hubungan antar masalah yaitu sebagai berikut:
1) Sebab
akibat
Sebab akibat
ini berpola A menyebabkan B. Disamping ini pola seperti ini juga dapat
menyebabkan B, C, D dan seterusnya. Jadi, efek dari suatu peristiwa yang
diaanggap penyebab kadang-kadang lebih dari satu. Dalam kaitannya dengan
hubungan kausal ini, diperlukan kemampuan penalaran seseorang untuk mendapatkan
simpulan penalaran. Hal ini akan terlihat pada suatu penyebab yang tidak jelas
terhadap suatu akibat yang nyata.
2) Akibat
sebab
Akibat sebab
ini dapat kita lihat pada peristiwa seseorang yang pergi ke dokter. Kedokter
merupakan akibat dan sakit merupakan sebab. Jadi hampir mirip dengan entimen.
Akan tetapi dalam penalaran jenis akibat sebab ini, Peristiwa sebab merupaka
simpulan.
3)
Akibat-akibat
Akibat-akibat
adalah suatu penalaran yang menyiratkan penyebabnya. Peristiwa “akibat”
langsung disimpulkan pada suatu akibat yang lain.
Contoh:
Ketika pulang
dari pasar, Ibu Sonya melihat tanah di halamannya becek, ibu langsung
menyimpulkan bahwa kain jemuran di belakang rumahnya pasti basah. Dalam kasus
itu penyebabnya tidak ditampilkan yaitu hari hujan.
B. Penalaran Deduktif
Penalaran Deduktif adalah Cara berpikir
dimana dari pernyataan yang bersifat umum ditarik kesimpulan yang bersifat
khusus.
Contoh :
Pada pagi hari lalu lintas di Jakarta macet
dikarenakan terlalu banyak kendaraan yang menuju daerah Jakarta dan semakin
banyaknya para pegawai yang bekerja dijakarta memakai kendaraan pribadi.
a.
Premis
Premis
adalah pernyataan yang digunakan sebagai dasar penarikan kesimpulan.Kemudian
premis dapat dibedakan dengan premis mayor (premis yang termnya menjadi
predikat), dan premis minor (premis yang termnya menjadi subjek).
Contoh
:
Semua Tanaman membutuhkan air. Akasia
adalah tanaman. Akasia membutuhkan air.
b.
Silogisme
Silogisme adalah suatu proses penarikan kesimpulan secara deduktif. Silogisme disusun
dari dua proposisi ( pernyataan ) dan sebuah konklusi ( kesimpulan ).
Contoh :
Barang siapa melanggar peraturan harus
dihukum. Ia melanggar peraturan. Ia harus dihukum.
c.
Entimem
Entimen adalah penalaran deduksi secara
langsung. Dan dapat dikatakan pula silogisme. Tetapi di dalam entimem premisnya
dihilangkan / tidak diucapkan karena sudah sama-sama diketahui.
Contoh :
Proses fotosintesis memerlukan
sinar matahari. Pada malam hari tidak ada matahari. Pada malam hari tidak
mungkin ada fotosintesis.
d.
Proposisi
Proporsi adalah kalimat logika yang merupakan pernyataan tentang
antara dua atau beberapa hal yang dapat dinilai benar atau salah. Proposisi
merupakan suatu kegiatan rohani baik menyuguhkan atau mengingkari.
Contoh :
Proposisi yang
menyuguhkan “Semua orang Negro hitam” dan proposisi yang mengingkarinya “Semua
orang Negro tidak hitam”.
e.
Term
Term adalah suatu kata atau kelompok kata yang
menempati subjek (S) dan predikat (P). Tidak semua kata adalah term , meskipun
setiap term itu adalah kata atau kumpulan kata pada dirinya sendiri merupakan
ekspresi verbal dari pengertian, dan bahwa tidak semua kata pada dirinya sendiri
sebagai subyek atau predikat didalam suatu proposisi.
Contoh :
Orangtua asuh, Pecinta
Alam. Binatang
Sumber :
www.gundarma.ac.id |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar